Regrets and Revenge chapter 9 [Give Away Quiz]
Super late post. But I have little give away for you!
Baca chapter ini sampai selesai dan jawab pertanyaan yang tertera di paling bawah^^
***
"Kamu ngapain sih repot repot jemput aku?" Tanya Pevita setelah memasang seatbelt nya. Raka tersenyum kecil lalu menyalan mesin mobilnya. Jam mobilnya masih menunjukkan pukul 6 lewat 30 menit yang berarti ia masih punya waktu sekitar 30 menit lagi sebelum bel sekolah berbunyi.
Pevita terus mengetik pesan di iPhone-nya sementara Raka tak bicara apa apa. Keadaan mobil pagi itu begitu hening sampai Raka menyadari Pevita tak sehangat biasanya. Setelah liputan Pevita ke pertandingan basket Nasional itu Raka merasa tak lagi diperhatikan seperti biasanya.
"Vi..." Ujar Raka pelan. Pevita bergumam mengiyakan. Raka mengigit bibirnya, "semalam kok aku telpon gak bisa? Kamu telponan sama siapa?"
Pevita terdiam lalu mengunci iPhone-nya. "Eum.. Biru. Dia telpon aku, curhat soal Resha."
"Oh Biru..." Raka menghela napas. Sebenarnya tanpa bertanya pun ia tahu pasti jawabannya nama cowok itu. Raka lalu tersenyum kecil, "kamu makin deket ya Bu sama dia.."
"Dia cuman lagi butuh temen yang bisa ngedengerin aja, kok. Jangan berpikir aneh aneh deh, Rak.."
"Aku gak mikir aneh aneh. Aku cuman ngerasa kamu makin jauh aja.. Kamu sibuk sama Biru."
Pevita menghela nafas. "I wont go back to him."
"I know I know, you wont leave me. Tapi kenapa kamu sedekat itu sama Biru? Maksud aku, ya oke kita belum pacaran tapi kamu inget kan pembicaraan kita?"
Pevita mengangguk.
"Kamu boleh deket sama siapa aja, tapi dengan dekat sama Biru... Aku jadi meragukan kamu."
Pevita menunduk kecewa. Ia bingung harus bagaimana. Ia tak mau kehilangan Raka, tapi rencananya baru setengah jalan. Apa ia harus bilang pada Raka tentang rencananya? Tapi bagaimana jika itu malah membuat Raka semakin kecewa?
***
"Intinya sih Biru menyesal karena membuat elo pergi dari hidupnya. Biru pengen elo balik lagi. He regrets everything." Ujar Faldy sambil menghela nafas.
Pikiran Pevita melayang layang ke hari dimana Biru memutuskannya. Ia masih ingat betapa sakitnya berkali kali mendengar Biru memintanya untuk mencari cowok lain. Ia juga masih bisa merasakan hancurnya kepercayaan yang selama ini ia berikan pada Biru saat melihat cowok itu jalan dengan Resha.
Ia tahu Biru adalah orang baik. Ia tak mau orang yang begitu ia sayangi malah seperti itu terus. Ia tahu Biru bisa berubah. Pevita yakin pada saatnya Biru akan sadar saat ia sudah mendapat tamparan dari apa yang ia perbuat. Tapi apa tamparan yang bisa menyadarkan Biru jika penyesalan yang ia rasakan sekarang saja tak dapat merubahnya?
Biru memiliki segalanya. Ia pintar dan jago main basket. Ia punya posisi baik di sekolahnya. Ia dikenal banyak orang. Banyak cewek yang jatuh cinta pada Biru. Keluarganya berkecukupan dan hangat. Tapi sifatnya yang terkadang tidak bertanggung jawab dan seenaknya sendiri masalah perempuan benar benar mencoreng daftar kehebatan dirinya.
Salma memutar mutar iPhone-nya lalu tersenyum. "Penyesalan emang selalu datang di akhir ya.. But you wont come back for him, right?" Tanyanya sambil melemparkan tatapan tajam pada Pevita. Pevita tersenyum kecil.
"I know you wont, Vi. He'd left you." Ujar Faldy.
Tiba-tiba Pevita teringat akan Resha. Sungguh malang gadis itu. Sudah 'merebut' Biru secara fisik darinya tapi sebenarnya tak bisa mendapatkan hati cowok itu seutuhnya. Pevita tahu hati Biru takkan semudah itu meninggalkan Pevita.
Di satu sisi Pevita sangat senang mendengar Biru masih teringat padanya. Ia bahagia mengetahui Biru menyesal karena membuat Pevita pergi. Tapi di sisi lain ada keinginan untuk kembali pada cowok itu..
Bagaimana pun juga bagi Pevita, Biru adalah cowok pertama yang bisa membuatnya merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya. Sesakit apapun Pevita, sejahat apapun Biru, gadis itu tak bisa melupakan cowok itu begitu saja.
Karena semakin sakit, semakin banyak kenangan, semakin sulit dilupakan.
"Biru seharusnya sadar dia tuh sempurna banget, kenapa sifatnya dia tuh harus gitu sama cewek.. Gue jadi males tau." Kata Salma.
"Kamu aja yang baru kenal 2 tahun sebel, gimana aku, Ay.. Aku gak ngerti kenapa Biru gak pernah berubah." Gerutu Faldy.
Pevita tertawa. "Harus ada hal yang bikin Biru sadar. Hal yang bikin dia tertampar and really regrets what he did."
"Tapi apa, Vit? Susah sama orang kayak gitu, bebal. Dia gampang banget moving on, padahal hatinya masih ketinggalan sama satu orang."
"Kasian sodara gue.. Tapi gak papa deh, Resha udah keseringan mainin cowok."
"Mainin dengan alasan udah bosen. Klasik. Mirip sama Biru."
"Cocok dong mereka.." Celetuk Pevita lalu diikuti gelak tawa oleh kedua sahabatnya.
Tiba-tiba Pevita tersenyum kecil. "So Biru regrets what he did....."
"Sangat. He cant forget you that easily." Kata Faldy.
Salma mengangguk mengiyakan. "Pasti, dia benar benar menyesal."
"And I will do my revenge."
Faldy dan Salma saling bertatapan lalu mengerutkan dahinya. "Revenge? Are you kidding me?"
"Yes, a revenge." Ujar Pevita sambil tersenyum penuh keyakinan.
"Lo mau ngapain? Gak usah berurusan lagi sama dia! Lo lupa lo udah disakitin berkali kali?" Tanya Faldy kesal. Salma mengelus punggung pacarnya.
"Ay, I think it will works. Kalo Pevita melakukan sesuatu ke Biru yang bikin dia ketampar, Biru pasti sadar. Pevita kan segalanya buat cowok itu."
"Tapi, Vit.. Kejahatan gak perlu dibalas dengan kejahatan." Ujar Faldy.
"Gak bisa gitu dong, Fal. Pevita harus melakukan semua ini. Dia gak mungkin dong terus menerus terlihat lemah gitu."
"Buat Biru, Pevita lebih dari apapun. Jahat gak sih kalo elo ngelakuin ini, Vit?"
Pevita menggeram. "Apa sahabat lo itu pernah mikir apa yang dia lakuin nyakitin gue atau enggak?"
Faldy terdiam lalu menunduk. "You know he's a good man...."
"We know, sweetheart.." Kata Salma pelan.
"I know, Fal. Karena itu gue harus melakukan ini. Karena gue tahu dia bisa lebih baik daripada ini. Karena gue sayang sama dia, gue harus melakukan ini. Demi dia..."
Pikiran Pevita melayang layang ke hari dimana Biru memutuskannya. Ia masih ingat betapa sakitnya berkali kali mendengar Biru memintanya untuk mencari cowok lain. Ia juga masih bisa merasakan hancurnya kepercayaan yang selama ini ia berikan pada Biru saat melihat cowok itu jalan dengan Resha.
Ia tahu Biru adalah orang baik. Ia tak mau orang yang begitu ia sayangi malah seperti itu terus. Ia tahu Biru bisa berubah. Pevita yakin pada saatnya Biru akan sadar saat ia sudah mendapat tamparan dari apa yang ia perbuat. Tapi apa tamparan yang bisa menyadarkan Biru jika penyesalan yang ia rasakan sekarang saja tak dapat merubahnya?
Biru memiliki segalanya. Ia pintar dan jago main basket. Ia punya posisi baik di sekolahnya. Ia dikenal banyak orang. Banyak cewek yang jatuh cinta pada Biru. Keluarganya berkecukupan dan hangat. Tapi sifatnya yang terkadang tidak bertanggung jawab dan seenaknya sendiri masalah perempuan benar benar mencoreng daftar kehebatan dirinya.
Salma memutar mutar iPhone-nya lalu tersenyum. "Penyesalan emang selalu datang di akhir ya.. But you wont come back for him, right?" Tanyanya sambil melemparkan tatapan tajam pada Pevita. Pevita tersenyum kecil.
"I know you wont, Vi. He'd left you." Ujar Faldy.
Tiba-tiba Pevita teringat akan Resha. Sungguh malang gadis itu. Sudah 'merebut' Biru secara fisik darinya tapi sebenarnya tak bisa mendapatkan hati cowok itu seutuhnya. Pevita tahu hati Biru takkan semudah itu meninggalkan Pevita.
Di satu sisi Pevita sangat senang mendengar Biru masih teringat padanya. Ia bahagia mengetahui Biru menyesal karena membuat Pevita pergi. Tapi di sisi lain ada keinginan untuk kembali pada cowok itu..
Bagaimana pun juga bagi Pevita, Biru adalah cowok pertama yang bisa membuatnya merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya. Sesakit apapun Pevita, sejahat apapun Biru, gadis itu tak bisa melupakan cowok itu begitu saja.
Karena semakin sakit, semakin banyak kenangan, semakin sulit dilupakan.
"Biru seharusnya sadar dia tuh sempurna banget, kenapa sifatnya dia tuh harus gitu sama cewek.. Gue jadi males tau." Kata Salma.
"Kamu aja yang baru kenal 2 tahun sebel, gimana aku, Ay.. Aku gak ngerti kenapa Biru gak pernah berubah." Gerutu Faldy.
Pevita tertawa. "Harus ada hal yang bikin Biru sadar. Hal yang bikin dia tertampar and really regrets what he did."
"Tapi apa, Vit? Susah sama orang kayak gitu, bebal. Dia gampang banget moving on, padahal hatinya masih ketinggalan sama satu orang."
"Kasian sodara gue.. Tapi gak papa deh, Resha udah keseringan mainin cowok."
"Mainin dengan alasan udah bosen. Klasik. Mirip sama Biru."
"Cocok dong mereka.." Celetuk Pevita lalu diikuti gelak tawa oleh kedua sahabatnya.
Tiba-tiba Pevita tersenyum kecil. "So Biru regrets what he did....."
"Sangat. He cant forget you that easily." Kata Faldy.
Salma mengangguk mengiyakan. "Pasti, dia benar benar menyesal."
"And I will do my revenge."
Faldy dan Salma saling bertatapan lalu mengerutkan dahinya. "Revenge? Are you kidding me?"
"Yes, a revenge." Ujar Pevita sambil tersenyum penuh keyakinan.
"Lo mau ngapain? Gak usah berurusan lagi sama dia! Lo lupa lo udah disakitin berkali kali?" Tanya Faldy kesal. Salma mengelus punggung pacarnya.
"Ay, I think it will works. Kalo Pevita melakukan sesuatu ke Biru yang bikin dia ketampar, Biru pasti sadar. Pevita kan segalanya buat cowok itu."
"Tapi, Vit.. Kejahatan gak perlu dibalas dengan kejahatan." Ujar Faldy.
"Gak bisa gitu dong, Fal. Pevita harus melakukan semua ini. Dia gak mungkin dong terus menerus terlihat lemah gitu."
"Buat Biru, Pevita lebih dari apapun. Jahat gak sih kalo elo ngelakuin ini, Vit?"
Pevita menggeram. "Apa sahabat lo itu pernah mikir apa yang dia lakuin nyakitin gue atau enggak?"
Faldy terdiam lalu menunduk. "You know he's a good man...."
"We know, sweetheart.." Kata Salma pelan.
"I know, Fal. Karena itu gue harus melakukan ini. Karena gue tahu dia bisa lebih baik daripada ini. Karena gue sayang sama dia, gue harus melakukan ini. Demi dia..."
***
"Resha?" Sapa seseorang dengan suara canggung dari kejauhan. Resha menoleh lalu tersenyum kecil ketika menyadari seseorang yang tak asing berdiri tepat dihadapannya.
"Radit? You're here! Kamu kapan balik ke Indo? Kok gak bilang bilang?" Cecarnya heboh. Cowok itu lalu berjalan mendekati Resha dan memeluk hangat sahabat kecilnya itu.
"Aku baru aja dateng 2 hari yang lalu tapi aku kan gak tahu kamu balik lagi ke Jakarta. Soalnya terakhir kali kamu contact aku kamu masih di Bandung, kan?"
Resha terkekeh. "Maaf.. Aku lagi sibuk banget sampe lupa kabar kabaran lagi sama kamu. How's your collage?"
"Good.. How's your? Senior year super busy, huh?" Tanyanya sambil tertawa.
"You dont know how it feels..."
"Anyway.. Are you busy now?"
Resha menyeka rambutnya lalu tersenyum kecil. "Not really..."
"I think a cup of coffee would be nice. Shall we?"
***
"Latihan lo gak sebagus biasanya, Bi. Fokus lo buyar. Bentar lagi final match, Bi..." Keluh Rendy setelah latihan berakhir. Biru tersenyum kecil lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil berwarna merah.
"Gak tahu, Ren.. Gue capek banget."
"Personal thing?" Tanya Rendy ragu-ragu. Biru menghela nafas.
"Lebih spesifiknya masalah hati.."
"Oh I see... Jadi kapten basket galau? 2 hari menjelang final match? Cool."
Biru menggerutu. "Segala macem bikin gue bingung dan capek. Entah mana yang harus gue fokusin. Basket adalah hidup sekaligus tanggung jawab gue. Tapi hati gue lagi gak disini karena gue lagi mikirin yang lain. Ah ribet."
"Hati emang bikin ribet, Bi. Tapi kalo cinta jangan setengah setengah."
"Gue merasa terbebani dan ingin pergi, tapi kalo gue pergi gue gak yakin apa gue masih punya tempat lain untuk berhenti."
"Lo cowok, lo yang nentuin. Jangan sampe lo nyesel ngejalanin apa yang udah lo pilih. Gue harap besok fokus lo balik lagi. Gue balik dulu ya bos."
Biru mengangguk mengiyakan. "Thanks ya."
Biru menghela nafas seiring berjalannya Rendy meninggalkannya sendirian di pinggir lapangan basket. Ia memang laki laki. Ia memang yang menentukan pilihannya. Tapi sayangnya, ia sering kali menyesal setiap kali menentukan pilihan tentang cinta...
***
Rizki Raditya Perfernandi adalah senior Resha semasa SMP. Mereka sudah lama bersahabat. Walaupun sekarang Radit bersekolah di Inggris, terkadang mereka masih saling berkabaran. Mereka sudah begitu dekat dan mengetahui satu sama lain.
Radit merupakan cowok pertama yang membuat Resha begitu jatuh cinta namun sayangnya Radit tak pernah melihatnya. Radit selalu menganggap Resha sebagai adiknya sementara gadis itu tak pernah berhenti berharap. Resha yakin selalu ada keajaiban pada cinta yang tulus.
Resha sering berganti ganti pacar sementara Radit hanya sekali dua kali. Resha tak pernah benar benar jatuh cinta pada pacarnya selain dengan Biru. Biru bagaikan Radit kedua baginya. Hanya Biru yang bisa membuat kenangan akan Radit sedikit terlupakan oleh Resha.
Sore ini terasa sangat panjang untuk Resha apalagi setelah sekian lama tak bertemu cowok itu. Mereka saling bertukar cerita sambil menghabiskan secangkir kopi. Resha tertegun ketika Radit masih ingat kopi apa yang ia sukai.
Hati Resha terasa tenang, ia bisa tertawa lepas sore ini. Setidaknya dengan Radit, ia tak perlu menahan hatinya untuk mencoba bersikap sempurna. Pikirannya melayang teringat akan Biru. Ia menghela nafas ketika Radit tak memperhatikannya.
Biru.. Biru.. Kenapa kita jadi seperti ini?
***
Raka merasa ia bodoh. Ia hanya bisa menggeram berkali kali saat mengingat betapa jahatnya ia pagi ini. Ia tak seharusnya membuat Pevita menangis karena merasa bersalah. Ia tak seharusnya meragukan gadis itu.
Raka tahu Pevita juga menyayanginya.
Raka mencoba tetap tenang namun tak bisa. Ia takut Pevita meninggalkannya. Tapi ia juga tak bisa terus menerus melihat Pevita dekat dengan Biru. Ia tak percaya Pevita hanya ingin mendengar cerita Biru sebagai teman.
Karena ia tahu di hati Pevita tempat untuk Biru belum benar benar beralih untuknya.
To be continued...
GIVE AWAY PULSA 10k SEMUA OPERATOR!
Caranya gampang banget! Jawab pertanyaan dibawah ini:
Apa jabatan Faldy?
a. Ketua Eskul Bridge
b. Ketua Eskul Futsal
Kirim jawbannya ke twitter @rizkirahmadania dengan format:
Nama - Provider (Operator kartu kamu) - Jawaban (A/B) - Link chapter 9 #RegretsAndRevenge
Pemenang diumumkan Hari Senin malam. Ciao!
seru ceritanya. sepertinya aku haru membaca chapter lainnya dulu buat ikutan give away kamu
BalasHapussebenernya keburu, jam 7 ditutupnya wkwkwk. selamat membaca mas^^
Hapus