Question of This Week : Kenapa mimpi rasanya jauh untuk dimiliki?
Semua orang bilang, "enak ya jadi Titi, udah tahu apa yang mau dilakukan dalam hidupnya. Nggak perlu susah-susah ukir mimpi lagi."
Tetapi sejatinya yang terjadi adalah gue merasa sangat jauh dari mimpi gue ... bahkan rasanya seperti mustahil untuk digapai. Ada rasa ketidakpuasan lagi akan apa yang udah ada di genggaman. Semuanya rasanya kurang, karena punya orang lain terlihat lebih. Padahal di mata orang lain, mungkin gue adalah si lebih dan mereka selalu menjadi yang kurang. Hidup emang senangnya bikin orang ngerasa bingung tau.
Di usia gue ke sembilan belas, gue selalu percaya kalau punya "saingan" itu yang membuat kita jadi pemenang akhirnya. Gue selalu punya that one person yang mau gue beat up; dari segi penghasilan, pencapaian di kampus, penampilan. Semuanya. Padahal gue pribadi nggak kenal sama orang tersebut. Gue cuman lihat dia dari media sosial dan semua kata orang yang gue cerna tanpa permisi. Gue berlari sekuat tenaga untuk jadi pintar, punya pekerjaan, bisa beli barang dari uang sendiri, dan tampil semodis mungkin. Hanya untuk bisa punya sesuatu sama kayak dia.
Gue nggak akan tidur kalau gue belum selesai belajar, karena gue mau kayak dia. Gue nggak akan makan meski gue laper, karena gue mau sekurus dia. Gue nggak akan cursing di Instagram, bukan karena peduli sama image gue, tapi karena mau punya image baik kayak dia. Semuanya hanya didasari karena gue percaya dia sempurna, gue nggak.
Gilanya ketika gue mencapai semua hal yang gue rasa adalah parameter untuk menjadi dia dan kami ketemu di sebuah kesempatan, gue nggak ngerasa apa-apa. Gue nggak ngerasa bahagia atau menang karena nggak ada perlombaan. Semuanya hanya asumsi di kepala gue kalo mau sempurna dan sukses adalah kayak dia, padahal gue juga berproses dengan hidup gue sampai gue mendapat mimpi-mimpi gue. Jadi pintar, punya pekerjaan, dan lebih modis dari jaman SMA.
Terus kenapa gue harus bandingin proses gue sama orang lain? Gue mau cari pembuktian apa? Gue pun nggak dalam perlombaan apa-apa, kan? Ini hidup gue. Hidup yang punya running track sendiri. Jelas beda sama jalur orang lain, tapi gue yakin ini pasti membawa gue ke mimpi gue ... menjadi seorang penulis.
Nulis blog dari 2010, punya 6 buku di usia 21 tahun secara self-publishing, udah jadi editor penulis beneran dan dihargai kemampuannya untuk jadi pembicara nggak serta merta bawa buku gue ke Gramedia. Cuman itu kok yang gue mau. Buku gue masuk Gramedia, ada Pre-Ordernya, orang nunggu-nunggu untuk bisa meluk buku gue ... tapi kenapa kayaknya jauh banget? Kenapa gue nggak bisa kaya penulis lain?
Oh iya, gue inget ...
Ini kan hidup gue. Walaupun gue punya mimpi yang sama kayak orang lain, jadi penulis, pasti perjalanannya beda. Nggak mungkin sama. Ada orang yang baru nulis sekali udah dapet kontrak, ada yang nulis acak-acakan udah dapet kontrak, ada yang nulis dari kecil dan lebih bagus dari siapa pun yang gue baca juga belum dapet kontrak. Ini bagian dari proses. Gue pasti bisa sampai suatu hari nanti. Gue pasti bisa cerita tentang buku gue di sini.
Jadi jawaban dari pertanyaan hari ini adalah nggak kok, nggak jauh. Mimpi kita selalu kita miliki. Tetapi untuk sampai pada realisasi semuanya terwujud, ada perjalanan yang harus dilalui, ada sulit-sulit putus asa yang nggak boleh sampai terlewati. Jangan buang mimpi kamu hanya karena hari ini belum terjadi. Pelan-pelan, nikmati prosesnya. Let's see what will happen if we are not giving up. ❤️
Suatu hari kalian akan ketemu buku aku, di toko buku, di rak best seller. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}