SPEAK NOW chapter 1
Aku berjalan melintasi kerumunan murid murid baru menuju barisan kelas ku, 7D. Demi melambai padaku lalu berlari kecil menghampiriku, aku tersenyum lalu menggapai uluran tangannya.
"Taylooooooor! Ah lihat betapa konyolnya dirimu." Kata Demi sambil menatapku iba.
"Kuharap kau tidak lupa dengan penampilanmu sekarang." Jawabku sambil tersenyum.
"Hahahaha, kau harus tau, aku sedikit nyaman dengan pita-pita ini. Sedikit lho ya." Katanya sambil tertawa. Aku tidak menghiraukannya lalu menariknya menuju barisan. Disampingku berdiri seorang laki-laki yang terlihat paling ganteng dikelas ini -Thanks God, ada juga cowok ganteng dikelasku. Ia mengenakan baju seragam SDI Al-Ikhlas.
Ketika aku sedang memerhatikannya, tiba-tiba kakak OSIS SMP Pelita Harapan datang dan mulai membuka acara. Aku memalingku pandanganku dari cowok itu lalu memerhatikan kakak-kakak OSIS dengan pita hijau disakunya berceloteh didepan.
Setelah serangkaian acara yang benar benar membosankan -well, aku harus berkata jujur bahwa acara acara itu sangatlah garing, tidak berbobot-, kami diminta untuk duduk diaula sekolah dan melihat berbagai pertunjukan dari masing masing eskul di Pelha (singkatan sekolah baruku). Aku yang dari SD memang terkenal sering 'melirik' cowok cowok ganteng ditempat barupun langsung melancarkan aksiku dan... aku tidak menemukan satu orangpun yang memenuhi standar kegantengan yang aku tetapkan kecuali cowok bermata cokelat susu yang duduk didepanku saat ini.
"Taylor." Panggil Demi pelan.
"Ya? Kenapa?" Jawabku seadanya, masih sedih karena tidak menemukan kecengan baru disini.
"Tidak ada yang ganteng ya?" Tanyanya sambil tertawa, Demi seakan akan bisa membaca pikiranku!
"Iya. Enggak ada coba." Kataku pendek.
"Didepanmu." Kata Demi pelan.
"Dia?" Tanyaku sambil menunjuk ke arah cowok yang duduk didepanku. Cowok yang sejak tadi aku perhatikan gerak geriknya.
"Iya. Aku tadi lihat tanda pengenalnya, namanya Edward Cullen. Marganya seperti dalam cerita Twilight Saga! Dia cukup ganteng bukan?" Tanya Demi sambil tertawa.
"Hahahaha ya... Lumayanlah. Tapi masa hanya satu?!" Tanyaku panik. Demi hanya tertawa.
"Dia teman Facebook-mu bukan?" Tanya Demi pelan.
"Ya... Aku beberapa kali mengobrol dengannya. Orangnya cukup asyik, tapi aku belum pernah bertemu dengannya." Kataku datar. Demi menatapku serius.
"Edward... Jangan bilang dia, Edward Anthony Masen Cullen?! Edward yang kau ceritakan waktu itu?! Anak tunggal dari keluarga Cullen?!" Seru Demi penasaran. Suara Demi cukup keras, untungnya Edward tidak mendengarnya, Ia sedang asyik mendengarkan Kakak OSIS didepan.
"Iyaaaaaaaa, santailah sedikit Dem." Kataku pelan.
"Oh oke maaf," Katanya memelankan suaranya, "Bisakah kau mengenalkanku padanya?"
"Eum, bisa saja sih.. Tapi aku belum pernah bertatap muka dengannya, maksudku mengobrol langsung dengannya. Aku takut dia lupa padaku, nanti disangka orang gila lagi." Kataku sambil tertawa dibagian akhirnya. Demi mendesah kecewa lalu menatapku dengan curiga.
"Dia teman Facebook-mu bukan?" Tanya Demi pelan.
"Ya... Aku beberapa kali mengobrol dengannya. Orangnya cukup asyik, tapi aku belum pernah bertemu dengannya." Kataku datar. Demi menatapku serius.
"Edward... Jangan bilang dia, Edward Anthony Masen Cullen?! Edward yang kau ceritakan waktu itu?! Anak tunggal dari keluarga Cullen?!" Seru Demi penasaran. Suara Demi cukup keras, untungnya Edward tidak mendengarnya, Ia sedang asyik mendengarkan Kakak OSIS didepan.
"Iyaaaaaaaa, santailah sedikit Dem." Kataku pelan.
"Oh oke maaf," Katanya memelankan suaranya, "Bisakah kau mengenalkanku padanya?"
"Eum, bisa saja sih.. Tapi aku belum pernah bertatap muka dengannya, maksudku mengobrol langsung dengannya. Aku takut dia lupa padaku, nanti disangka orang gila lagi." Kataku sambil tertawa dibagian akhirnya. Demi mendesah kecewa lalu menatapku dengan curiga.
"Jangan-jangan... kau menyukainya?" Tanya Demi dengan hati-hati.
"Rasanya sih.... tidak." Kataku pelan.
"Jujur, Tay." Pintanya lagi. Aku hanya tertawa. Tiba-tiba kakak kakak OSIS memberi aba-aba kepada kami untuk beristirahat ke kantin sekolah dan kembali setelah 30 menit kemudian ke ruang aula. Aku benar benar merasa tidak nafsu makan mengingat pasti di kantin akan ramai sekali, 265 murid baru berdesakan disana. Demi berdiri bersamaan ketika Edward berdiri. Aku refleks tertawa lalu berdiri dari dudukku.
"Wow, kok bisa berbarengan gitu?" Godaku pada Demi.
"Hahahahaha. Ayo makan, Tay!" Seru Demi sambil menarik tanganku.
"Tidak ah. Aku disini saja. Belum ada yang ganteng nih." Tolakku sambil melepaskan tangan dari genggaman Demi. Demi mendesah lalu tertawa.
"Kau memang gila, Alison." Katanya sambil memanggil nama tenggahku. Aku hanya menjulurkan lidah.
"Yasudah kalau kau tidak mau makan, sampai nanti. Semoga menemukan cowok ganteng itu." Ejeknya sambil berjalan menjauhiku. Aku hanya mengangguk.
Aku berjalan menuju sudut aula, disana ada beberapa kursi kosong. Aku menyanyikan laguku, 'Love Story' ketika aku melihat tawanya, tawa laki laki berbatik biru dipojokan sana dengan teman temannya. Tawanya begitu hangat, seperti aku mengenalnya. Aku terus melihatnya, terus dan terus. Aku seperti ter-imprit olehnya, seperti cerita pada novel Twilight Saga. Dan dia menoleh padaku, lalu tersenyum.
Senyuman pertamanya padaku, senyuman yang kurasa akan mengubah segalanya....
To Be Continued...
To Be Continued...
Wow ini fanfic antara twilight saga sama disney stars ya? Bagus, bagus tapi kalimatnya rada kaku buat bahasa indonesia. pas baca kyk lagi baca terjemahan :o
BalasHapusdini : iyaaa hihihi :p terima kasih.. iya aku lagi belajar nulis pake bahasa baku kayak novel twilight saga ;) keep read ya ! :D
BalasHapusKamu sukses menulis layaknya penulis luar negeri yang karyanya diterjemahkan, tapi jujur saya lebih suka baca 'asli indonesia' daripada bahasa terjemahan. Selain kaku, feelnya juga kurang greget. :(
BalasHapusBut you did a great job!
Alvi : makasih Alvi udah baca! Hahaha iya, ini emang 'ngarah' ke bahasa terjemahan, soalnya saya lebih sering baca novel terjemahan. Makasih Alvi, keep read yah :-)
BalasHapus