If This Was a Movie chapter 15
HAAAAAI! Akhirnya gue dapet titik temu untuk If This Was a Movie. So, check it out! :}
***
Adam, Megan, Cameron dan Mackenzie sontak berteriak bersamaan
ketika Maddi dan Greyson mengumumkan status mereka yang sekarang. Maddi dan
Greyson sengaja memberitahu mereka tepat di hari jadi Maddi yang ke 17. Adam langsung
memeluk sahabat perempuannya itu sambil mengacak acak rambut Maddi seperti
biasanya. Ruang tamu Maddi penuh oleh gelak tawa mereka berenam.
“Congrats and Happy birthday Maddi-ku tersayang!” Seru Adam.
“Terima
kasih, Adam….”
“Selamat ya
Maddi akhirnya jadi juga dengan Greys.. 17 tahun! Lucky year!” Seru Mackenzie.
“Amin,
makasih Ken! I wish hahahaha!”
“Maddi-ku
sayaaaaang! Selamat sudah 17 tahun, sudah punya pacar, pacarnya Greys yang kau
idam idamkan lagi!” Seru Megan heboh. Greyson melirik ke arah Maddi sambil
tersenyum malu, Maddi hanya tertawa. “Terima kasih Megan-ku sayang..”
“Happy birthday happy birthday happy birthday
little Madeleine!” seru Cameron sambil memeluk Maddi. Maddi terkikik lalu
berbisik, “jangan hanya datang, aku butuh kado.”
Cameron
langsung melepaskan pelukannya. “Ih, Greys! Lihat, pacarmu nih!”
“Hahaha
biarkanlah, pacarku ini memang beda daripada yang lain.” Kata Greyson sambil
merangkul Maddi. Rangkulan Greyson sukses membuat wajah Maddi memerah dan
membuat keempat sahabat mereka itu menatap iri.
“Kenzie kalo
iri sini Adam rangkul.” Kata Adam dengan wajah menggoda. Mackenzie yang tadinya
berdiri di samping Megan ditarik tangannya oleh Adam untuk berdiri di
sampingnya. Adam lalu merangkul Mackenzie juga.
“Ehm, tuh
jomblo berdua gak rangkul rangkulan?” Goda Maddi sambil menatap Megan dan
Cameron. Megan dan Cameron pun saling bertatapan.
“Iya, kan
sama sama jomblo. Lebih baik kalian jadian saja.” Sambung Greyson.
“Iya, jadi
kan kalo jalan jalan jadi triple date gitu…” Kata Mackenzie sambil terkikik.
“Tuh, semua
setuju. Tinggal tunggu tanggal.” Sambung Adam. Megan dan Cameron yang sedari
tadi saling bertatapan langsung memalingkan ajah mereka bersamaan.
“Hah! Gak
sudi!” Seru Megan dengan jijik.
“Cewek di
laut banyak, masa iya harus sama Megan. Mending jomblo.”
“Let’s see
deh sampe kapan mereka bertengkar kayak gini terus…” Kata Mackenzie.
“Biasanya sih
dari berantem gini nih jadian.” Kata Greyson. Megan langsung berbalik dan
memukul pundak Greyson. “No way! Aku tidak mau jadian dengan cowok kayak dia.”
Ruangan pun
penuh dengan gelak tawa mereka berenam sampai akhirnya Adam mengeluarkan
iPhone-nya dan mengetik cepat. “We need to hurry now.” Kata Adam tiba tiba.
“Hah? Kenapa Dam?” Tanya Maddi
kecewa.
“Sebentar
lagi filmnya dimulai.”
“Oh iya, ayo!
Tiketnya di Megan kan?”
Megan
mengeluarkan 4 tiket dari tasnya. “Yap! Aku, kau, Cameron dan Adam.”
“Wait, kami?”
Tanya Greyson heran.
“Hei, ini
hari ulang tahunku. Kita mau menghabiskan waktu berenam bukan?”
“Nope, nanti malam saja. Sekarang waktumu
dengan Greys.” Kata Cameron.
“Ah.. Tapi
katanya mau ditraktir makan siang!” Erang Maddi.
“Nope, makan malam saja. Café
Latuperssia.” Sahut Megan.
“Lalu kami
berdua?” Tanya Maddi lagi.
“Nope, tiket hanya 4. Aku sudah booking
untuk nanti malam.” Kata Mackenzie.
“DVD dan
makanan yang sudah aku beli…”
“Nope, jam 7 malam di lantai dua Café
Latuperssia. See you there hon!” seru Adam sambil tersenyum kecil. Mereka
berempat keluar dari ruang tamu Maddi dan langsung masuk ke mobil Adam.
Keheningan terjadi antara Maddi dan Greyson.
Hari itu
keluarga Maddi sedang pergi semua. Mereka sudah merayakan ulang tahun Maddi
tadi pagi. Siang ini sampai nanti malam adalah waktu Maddi bersama teman
temannya. Rencananya hari ini Maddi bersama kelima sahabatnya dan pacar barunya
itu akan menghabiskan waktu untuk makan siang di luar dan nonton DVD di rumah
sampai larut malam.
Dan mereka
semua menghancurkan rencana Maddi.
Setelah Maddi
resmi menjadi pacar Greyson, mereka berdua jadi terkesan canggung dan tak bisa
mengobrol seperti dulu lagi. Mereka memang baru berpacaran, tapi rasanya ada
yang mengganjal. Greyson sendiri memang orang yang cuek, kepada pacar yang
sebelumnya pun ia tak begitu perhatian. Sementara Maddi ingin diperhatikan dan
ketika sudah berpacaran lebih suka menunggu daripada memulai. Perbedaan inilah
yang membuat mereka jadi canggung.
Dan satu jam
pun berlalu tanpa pembicaraan sama sekali.
***
“Kamu marah?”
tanya Greyson akhirnya setelah 1 jam penuh dia dan Maddi duduk di sofa ruang
tamu dengan menghadap ke TV sambil menonton drama Korea yang ia sendiri tak
tahu apa namanya. Maddi terdiam dan menggeleng, tapi wajahnya merah. Greyson
terdiam.
Ia sendiri
bingung apa yang harus ia lakukan. Ia tak berani bicara apapun pada Maddi. Lagian
selama ini selalu Maddi yang memulai. Tapi setelah mereka berpacaran, Maddi tak
pernah mengirim pesan duluan, selalu Greyson yang pertama dan Greyson sendiri
bingung harus membicarakan apa.
Baru 3 hari
mereka jadian, tapi sudah seperti ini. Greyson bingung sekali.
“Greys gak
mau pacaran sama aku ya.” Kata Maddi dengan isakan tiba tiba.
“Duh kok
Maddi nangis…”
“Ya… Kamu
diem aja dari tadi.”
“Kita kan
lagi nonton, aku gak mau ganggu kamu.. Sa..yang.”
“Kamu
canggung banget sih, Greys.”
“Kamu juga
kan?”
“Ya.. Tapi
kan kamu cowok. You should be the first one who make the conversation.”
“Harus selalu
cowok kah?”
“Selama ini
aku yang mulai. Kenapa gak gantian?”
“Kamu tau
kan, I’m the careless boy. Aku cuek
banget.”
“Terus?”
“Kamu terima
aku apa adanya kan?”
“Iya. Terus?”
“Kamu harus
terbiasa dengan aku yang kayak gini. Aku gak bisa bikin percakapan Madd.”
“Ya kenapa
kamu gak usaha? Sesuatu pertanyaan kecil aja tuh yang bikin dulu kita bisa
deket.”
“Madd, kamu
tau sendiri aku tuh dari dulu selalu canggung sama pacar aku.”
“Terus?”
“Maddi.. Kamu
17 tahun.”
“Kita emang
duduk sebelahan, Greys. Tapi rasanya kayak beda dunia.”
“Aku gak
sibuk sama game online aku. Aku
disini lho nemenin kamu.”
“Seenggaknya
kamu ngomong dong Greys..” tangis Maddi tumpah.
“Kamu maunya
aku gimana sih?” tanya Greyson mencoba menenangkan hatinya yang kalut.
“Kamu buka
percakapan.”
“Kamu pancing
aku dong kayak dulu…” pinta Greyson.
“Aku tau kamu
cuek, tapi please ke pacar kamu gitu
Greys.”
“Kita emang
pacaran, Madd. Tapi gak berarti semua hal harus berubah ke pacar.”
“Mending
udahan aja deh.” Kata Maddi sambil beranjak bangun dari duduknya. Greyson
menarik tangan Maddi. “Nope, Maddi sorry jadi moodbreaker kamu.”
Maddi
terdiam, ia tak mau bicara. Ia kesal dengan Greyson. Hari ini hari ulang
tahunnya dan dia masih harus memancing Greyson untuk membuka pembicaraan? No.
“Maddi, ini
aku. Ini apa adanya aku. Tolong, kalo kamu mau aku berubah, kamu tuntun aku.
Tapi ini apa adanya aku, Madd. Aku sayang sama kamu apa adanya kamu, jadi
tolong kamu juga begitu..”
“Akupun
begitu, Greys. Aku terima kamu walaupun kamu cuek. Aku terima.”
“Lalu
sekarang?”
“Aku cuman
butuh.. Percakapan kamu yang mulai. Aku lelah harus memulai duluan.”
Greyson
menarik nafas. “Sorry, aku akan coba
itu.”
“Iya, maaf
minta berlebihan.”
“No, akunya aja yang kurang peka. Kamu
cuman minta sedikit padahal aku udah minta banyak.”
Maddi
berbalik dan menatapku heran. “Minta banyak?”
“Iya. Aku
minta cinta kamu, kamu kasih semuanya. Giliran kamu minta sesuatu, aku malah
gak ngasih. Bukannya aku egois?”
“Hah, ini
bukan film, Greys.”
“Aku tau, aku
tau…”
“Aku cuman
pengen... Diperlakukan beda sama kamu. I mean.. Misalnya cueknya kamu ke yang
lain 50 persen, ke aku jadi cuman 20 persen. It’s mean a lot to me lho, Greys.
Aku cuman pengen jadi istimewa dimata kamu.”
“Dan kamu
sudah jadi istimewa dimata aku semenjak kita pertama kali aku jatuh cinta
padamu.“
“Aku harap
kamu serius.”
“Aku gak
pernah main main. Kalo aku sayang sama orang, berarti aku beneran sayang. Gak
cuman di mulut, tapi benar benar dari hati.”
“Kalo
ternyata sayang kamu itu tiba tiba hilang, kamu bakal ninggalin aku?” tanya
Maddi sambil menatap Greyson dalam dalam. Greyson terdiam, pertanyaan itu sudah
ditanyakan oleh mantan mantan
terdahulunya dan ia tak bisa menjawabnya.
Ia tak bisa
menjawab karena jika menjawab sama saja dengan janji dan ia tidak mau
mengingkari janji pada siapapun, terutama pada orang yang ia sayang. Karena
siapa yang tahu naskah film kisah cinta mereka akan berubah tak sesuai dengan
janji yang sudah di ucapkan?
Greyson
memeluk Maddi dan membelai rambutnya. “Aku gak bisa jawab, aku gak bisa janji.
Aku sayang sama kamu, itu perasaan aku. Semoga terus, terus dan terus. Dan gak
bakal berubah sampai kapanpun. Apapun kamu, bagaimanapun kamu. Karena mencintai
seseorang itu bukan ‘karena’ tetapi ‘walaupun’, Madd….”
***
Mood Maddi
berubah 100% ketika Greyson menariknya ke piano yang berada di ruang keluarga
Maddi dan menyanyikan lagu Fall for You
untuknya. Maddi akhirnya bisa ceria lagi dan Greyson pun bisa mencari topik
untuk mengobrol dengan pacarnya tersebut. Kini Greyson sedang menunggu Maddi
berganti pakaian untuk pergi makan malam bersama Adam, Mackenzie, Megan dan
Cameron.
Greyson mulai
berfikir, apakah jadian dengan Maddi adalah hal yang terbaik untuk perasaannya
saat ini. Ia memang menyayangi Maddi, ia percaya kalau Maddi sudah moving on
dari Adam tetapi.. Hatinya masih saja tidak yakin. Apalagi dengan kejadian hari
ini.
Ia merasa
Maddi benar, mereka bersebelahan tetapi berada di dunia yang berbeda.
Greyson
bukanlah cowok yang bisa memulai seperti apa yang Maddi mau. Sementara Maddi
sudah tidak mau memancing Greyson lagi untuk memulai seperti dulu. Kegagalan
yang dulu Greyson rasakan dengan mantannya sama sama tentang komunikasi dan
Greyson yang cuek bebek pada perasaan orang lain.
Greyson
bukannya tidak peka. Ia peka, ia tahu tapi ia tak mengerti harus berbuat apa.
Ia terlalu
canggung untuk memulai dan tak tahu bagaimana caranya untuk mengakhiri. Tapi ia
sangat menyayangi Maddi. Selintas terbesit pikiran untuk mengakhiri hubungannya
dengan Maddi, tapi rasanya semuanya terlalu konyol jika disudahi begitu saja.
Ia harus berjuang melawan segala perbedaan yang ada diantara mereka berdua.
Bukankah
cinta itu butuh perbedaan untuk saling melengkapi?
Maddi
menuruni tangga sambil tersenyum kecil pada Greyson. Greyson langsung
melambaikan tangannya dan tertawa. “Hahaha, pacarku cantik sekali sore ini.”
Maddi terdiam
lalu mengerucutkan bibirnya. “Jadi aku hanya cantik sore ini?”
“Kamu selalu
cantik, kapanpun, dimanapun.” Kata Greyson sambil tersenyum kecil.
Pipi Maddi
memerah tersipu malu. “Kamu memang tidak pintar merayu.”
“Hahaha aku
memang bukanlah pria romantis, Madd.”
“Kamu punya
caramu sendiri untuk jadi romantis, Greys.”
“Hahaha… Aku
tak bisa merangkai kata yang indah untukmu.”
“Ah, ketika
gerakan dan ucapan tak bisa bicara, lagu akan bicara untukmu.” Kata Maddi
sambil duduk di sofanya. Greyson tertawa lalu mengangguk, “benar sekali.”
“Ugh ya.. Maaf
Greys, hari ini aku childish sekali.”
“Iya, aku
sudah tahu kok kamu seperti ini.”
“Kamu gak
marah kan?”
“Kalo aku
marah aku pasti udah pulang. Hahahaha.”
Maddi
berfikir sejenak lalu ikut tertawa. “Hahahaha, kamu benar.”
“Oke, jadi
kita sudah siap? Sudah jam setengah 6 nih.”
“Oke, ayo
keburu macet!” Seru Maddi sambil mengamit tangan Greyson dan membimbingnya
keluar dari rumah menuju mobil Volvo milik Greyson. Greyson hanya bisa
tersenyum kecil sepanjang perjalanan menuju Café Latuperssia sambil berfikir.
Bagaimana
mungkin 15 menit yang lalu dia berpikir akan meninggalkan gadis ini kalau gadis
ini adalah salah satu alasannya untuk tetap bertahan hidup?
To be continued....
To be continued....
Ini Cerita Film Ea Mba
BalasHapushehe bukan, fan fiction
Hapuswaaa itwam is back =))
BalasHapusuyeeey:D
HapusTi, lanjutin lagi dong... aku penasaran.
BalasHapuskeasikan sama The Reason Is You, ya?
iya lagi asik di TRIY nih, aku usahain ya{:
Hapus