[SHORT STORY] The Right One
Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta.
Tapi kita bisa memilih siapa yang patut diperjuangkan.
***
“Bisa jelasin ini apa, Fer?” Tanya
Autumn dengan wajah memerah. Ia tampak begitu marah namun masih berusaha
mengendalikan emosinya. Ferdi yang sedang bermain PS tak menghiraukan Autumn
lalu tertawa, “apaan sih? Aku lagi main dulu..”
Autumn menghela nafas. “Kamu masih
ngerokok?” Pertanyaan itu sontak membuat Ferdi mengigit bibirnya lalu menatap
Autumn. Ia tak pernah bisa melihat gadis kesayangannya begitu marah ataupun
menangis. Beberapa detik setelah Ferdi mulai membuka mulut, Autumn menunjukkan
selembar foto itu tepat di depan wajah Ferdi.
“Jawab aku! Kamu masih ngerokok?”
Tanya Autumn tak sabaran. Ferdi mengigit bibirnya lagi. Ia mencoba untuk
memeluk Autumn namun gadis itu menepis tangan cowok yang selama ini selalu
melindunginya.
“Apa ini yang pantas aku dapatkan
setelah sekian lama aku percaya sama kamu, Fer?” Autumn lagi lagi bertanya
dengan suara bergetar. Ferdi tak bisa menjawab selain langsung memeluk Autumn
tanpa memperdulikan tangan gadis itu yang berusaha melepas pelukan Ferdi.
“Maafkan aku…”
***
Farres Ferdian Hutomo terlihat
begitu panik merapikan bajunya ketika dari kejauhan ia melihat beberapa orang
cewek sedang berjalan menuju ke arahnya. Dimas, sahabat karibnya tertawa kecil
melihat kelakuan sahabatnya itu.
Bagi Dimas, sebuah mukjizat besar
untuk seorang Ferdi yang serampangan berusaha berubah menjadi rapi apalagi
untuk seorang cewek. Cewek itu tak terlalu cantik, ia juga tidak begitu menarik
bagi Dimas dan teman temannya yang lain. Tapi untuk Ferdi, gadis itu mampu membuatnya
bersemangat untuk menjadi lebih baik lagi.
Beberapa saat setelah cewek cewek
itu melewati Ferdi dan kawan kawannya, Dimas langsung menyikut pelan perut
Ferdi. “Udah nyapa Autumn nya?”
Ferdi tersenyum malu, “udah, Dim..
Ntar mau gue anterin balik.”
“Wah, kemajuan nih, Fer! Dari cuman
ngechat ngajak kenalan di Path gara gara iseng, sampai telponan tiap malem..
Sekarang udah nganter balik. Jadi kapan jadian nya?” Tanya Dimas sambil
tertawa. Ferdi terdiam.
“Itu masalahnya, Dim.. Autumn gak
suka gue yang begini.”
Dimas menatap Ferdi keheranan. “Gak
suka elo yang gini? Berarti dia nuntut banyak, dong! Belum jadi pacar aja udah
rese. Malesin tuh cewek kayak gitu..” Gerutu Dimas.
“Bukan rese ngatur gak boleh deket
sama cewek lain kayak cewek lu! Dia gak suka gue serampangan, apalagi gue udah
kelas XII. Dia mau gue gak terlalu sering main PS dan perbanyak belajar biar
gue bisa masuk FIKOM UI. Dia juga maunya gue lebih rajin shalat, Dim..”
Mendengar sederet permintaan Autumn
untuk sahabatnya, gelak tawa pun tak bisa Dimas hentikan. Dimas tahu betul
tabiat Ferdi. Ia tidak suka diatur oleh siapapun. Tapi entah kenapa ia begitu
menuruti setiap permintaan Autumn.
“Itu cewek melet elo, ya? Wah, kacau
temen gue di pelet lagi..”
Ferdi menjitak kepala Dimas. “Sialan
lo! Yang dia minta tuh bener semua, mangkanya gue nurutin apa kata dia..”
“Kenapa sih Fer lo suka banget sama
Autumn? Autumn tuh biasa aja, cuman manis. Lo bisa dapetin cewek yang lebih
asik dan gak rese kayak Autumn…” Ujar Dimas.
“Gue udah sering nemu cewek yang
asik dan ikutin jalan gue. Selama ini selalu cewek yang ngikutin mau gue, nah
Autumn beda, Dim.. Dia tuh bisa buat permainan kita jadi fair dan apa yang dia
minta tuh masuk akal. Gue juga minta dia buat temenin gue dan nyemangatin gue,
ajaibnya dia mau.. Jadi saling minta, tapi hal yang rasional dan adil..” Jelas
Ferdi. Lagi-lagi Dimas tertawa.
“Ah, susah ngomong sama orang yang
jatuh cinta. Tapi selama 2 bulan lo deket sama Autumn, udah banyak hal yang
berubah kok dari elo. Jadi kenapa elo masih takut buat nembak?”
Ferdi mengigit bibirnya. “Ada satu
syarat Autumn yang belum bisa gue penuhi dan lo tahu gue sulit melepaskannya
karena gue merasa ada ikatan sama hal itu. Tapi Autumn gak suka banget dan gue
sadar kok itu bukan hal yang baik, tapi…”
“Pasti lo masih gak bisa berhenti
ngerokok kan, Fer?” Sela Dimas dengan wajah meyakinkan. Ferdi tak menjawab
apa-apa. Ia menerawang jauh.
“Gue gak bisa, Dim..”
“Kalo lo beneran sayang sama dia, lo
pasti bisa lebih milih dia daripada rokok. Toh dia sayang kan sama elo?”
Ferdi mengacak acak rambutnya. “Tapi
apa gue mampu?”
“Kalau lo niat dan berusaha, apapun
pasti bisa lo lakukan demi orang yang paling lo sayang..”
***
Seperti biasa Ferdi menyinggahi
rumah Autumn untuk belajar bersama adik kelasnya itu. Rumah mereka yang hanya
berjarak 10 km membuat Ferdi sering pergi ke rumah Autumn. Biasanya mereka
janjian pukul 7 sampai 9 malam.
Ferdi terus memperhatikan Autumn
yang sedang sibuk dengan tugas tugasnya ketika gadis itu mulai merasa risih.
Autumn tak begitu suka diperhatikan terus menerus oleh siapapun, apalagi Ferdi.
Baginya menatap mata Ferdi saja sudah membuat ia tak bisa bernafas dengan baik.
“Kak Ferdi lagi apa sih…” Ujar
Autumn sambil menutupi pipinya yang memerah dengan rambut panjangnya. Ferdi
tertawa lebar.
“Gakpapa, kamu lucu aja kalo lagi
sibuk dicampur panik hahaha.”
“Gak lucu tau, Kak. Aku lagi pusing,
mending Kakak bantuin aku aja, gimana?”
Ferdi menggelengkan kepalanya. “No,
Flessie. Kakak gak ngerti materi kamu. Udah lupa.”
“Mangkanya Kakak belajar.. Waktu
Kakak kurang dari 6 bulan, lho..” Ujar Autumn mengingatkan. Ferdi mencubit pipi
Autumn dan tertawa.
“Iya bawel, makasih ya udah selalu
nemenin dan nyemangatin Kakak..” Sahut Ferdi sambil menatap mata Autumn dalam
dalam. Autumn tersenyum malu. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah tugas
tugasnya.
Entah kenapa hati Ferdi semakin
berdebar, Ferdi lalu menggenggam tangan Autumn lalu menatapnya dalam dalam.
“Autumn Rafflesie Suryadi.. Kamu mau gak jadi pacar aku?”
Wajah Autumn rasanya terbakar. Ini
adalah salah satu momen yang paling ia tunggu selama ini. Ferdi harap harap
cemas menunggu reaksi Autumn. Gadis itu tak menggenggam tangannya namun tak
berusaha melepaskannya. Autumn menarik nafas.
“Kak Ferdi.. Sudah tidak merokok
lagi?” Tanya Autumn pelan. Dada Ferdi mendadak menjadi sesak. Apa yang harus ia
jawab? Apa ia harus berbohong? “Kak? Kak Ferdi?”
“Aku akan berusaha semampuku, demi
kamu. Kamu mau jadi pacarku?” Tanya Ferdi sigap. Autumn terdiam lalu lagi lagi
menarik nafas. Ia kemudian tersenyum dan mengangguk.
“Yes I do, Ferdi..”
***
Banyak hal yang berubah pada Ferdi
semenjak Autumn resmi sebagai pacarnya. Perubahan ke arah positif itu membuat
Dimas begitu bahagia melihat Ferdi yang sekarang. Ferdi tak lagi ugal ugalan.
Ia juga sudah berhenti merokok.
Waktu terus berjalan. Tanpa jeda,
tanpa bisa kembali dan tanpa bisa meloncat pergi. Ferdi kini sudah lulus SMA
sementara Autumn masih kelas XI SMA. Berkat kerja kerasnya, Ferdi bisa lolos menjadi
salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia.
Hubungan Autumn dan Ferdi pun
berjalan baik. Autumn sangat mempercayai Ferdi, begitupun sebaliknya. Autumn
tak pernah mencurigai Ferdi melakukan hal hal aneh. Ferdi pun tak pernah merasa
takut Autumn akan meninggalkannya karena jarak yang memisahkan.
Cinta jelas membuat Ferdi bisa
berubah ke arah yang lebih baik. Namun cinta juga bisa menjadi jahat ketika ia
bertemu dengan kenangan yang terus berjalan meninggalkan arah kebaikan..
***
Tak ada kata lain selain kejam
untuk Ayah tiri Ferdi. Bagi Ferdi, ia
begitu tersiksa menjalani harinya tinggal di Jakarta. Ayah tirinya tak pernah
mempercayainya. Ia selalu berpikir Ferdi melakukan hal hal yang melanggar
aturan sampai berhasil masuk Universitas Indonesia.
Ayah kandung Ferdi meninggal sekitar
4 tahun lalu ketika Ferdi masih kelas IX SMP. Kejadian itu jelas membuat Ferdi
sangat terpukul apalagi Ayahnya adalah panutan Ferdi. Setahun kemudian Ibunya
menikah lagi dengan seorang pengusaha. Dari pernikahannya itu, Ferdi memiliki
seorang adik.
Semenjak kehadiran adik baru, Ferdi
semakin tidak diperhatikan oleh Ibunya. Ayah tirinya pun tak seperhatian Ayah
kandungnya. Hal itu membuat Ferdi menjadi anak yang bandel dan susah di atur.
Ia tak mau belajar, tak mau beribadah. Yang ia lakukan hanya bermain dan
berfoya foya.
Kesuraman Ferdi berakhir saat suatu
hari ia iseng mengirimkan friend request ke akun Path milik adik kelasnya.
Namanya yang manis membuat Ferdi tertarik, Autumn Rafflesie Suryadi. Setelah
pertemanan diterima, Ferdi mencoba mengajaknya berkenalan.
Awalnya Ferdi tak terlalu perduli
dengan gadis ini, lama kelamaan setelah sering berbincang, ia jatuh hati pada
Autumn. Semenjak itulah Ferdi berubah
menjadi orang yang begitu baik, rajin belajar dan taat beribadah.
Autumn membawa segala kebaikan bagi
hidup Ferdi. Autumn mampu membangkitkan semangat hidup cowok itu semenjak tidak
lagi mendapat kasih sayang yang penuh dari orang tuanya. Untungnya Autumn
segera hadir. Jika Autumn datang 2 atau 3 bulan lebih lambat, mungkin Ferdi
sudah terjebak pada dunia yang lebih gelap dari merokok.
Autumn membuat Ferdi mempunyai mimpi
dan mau berusaha. Bagi Ferdi, Autumn adalah segalanya. Karena itulah Ferdi
begitu menuruti apa kata Autumn. Walau sebenarnya ada salah satu dari kebiasaan
buruk Ferdi yang merupakan hal yang penting untuknya. Namun Ferdi rela
mengorbankan perasaannya demi Autumn.
Karena ia percaya, Autumn adalah
malaikatnya dari surga.
***
Ferdi bingung bagaimana caranya
menjelaskan pada Autumn tentang foto itu. Ia tahu apa yang ia lakukan salah dan
Autumn pasti marah padanya. Beberapa kali Autumn mengetahui Ferdi pernah
merokok lagi, namun Autumn masih bertoleransi karena Ferdi tak melakukannya
sebagai rutinitas. Tapi entah kenapa kali ini Autumn begitu marah.
“Maafin aku…” Ujar Ferdi lagi.
“Kamu janji untuk gak ngerokok lagi.
Tapi kenapa, Fer?” Autumn terisak.
Ferdi menarik nafas panjang.
Sebenarnya ia tak mau berbagi cerita ini pada Autumn. Namun mungkin kini sudah
saatnya gadis ini tahu. “Autumn, kamu adalah malaikatku. Kamu yang buat aku
bisa berubah kembali di jalan yang benar..”
Autumn terus menangis. “Aku tahu aku
salah. Aku tahu ini bukan kali pertama aku ngerokok lagi. Aku ngerti kamu pasti
marah banget. Tapi ada hal yang bikin aku gak bisa bener bener lepas dari
rokok..” Ferdi berucap dengan suara berat. Dadanya begitu sesak. Sesak melihat
malaikatnya menangis. Ia melepaskan pelukannya.
“Kamu memang gak mau berhenti
ngerokok, kan?” Tuduh Autumn. Ferdi menggenggam tangan gadisnya itu erat erat.
“Aku selalu mau mengerjakan apapun
untuk kamu. Ini mungkin aneh, tapi cuman rokok yang bisa bikin kangen aku sama
Ayah hilang.. Ayah suka banget rokok mint dan itu buat aku jadi ngerasa kalo
Ayah selalu ada disini. Kamu tau kan gimana keadaan keluargaku sekarang? Kamu
tahu kan kenapa aku milih ngekost padahal rumahku juga dekat ke UI? Aku rindu
keluargaku yang dulu.. Aku sadar cara ini adalah cara bodoh, tapi aku gak
ngerti harus gimana lagi..”
Autumn terdiam ketika Ferdi tak lagi
bicara. Ferdi menangis, ia terlihat sangat terluka. Autumn lalu memeluk Ferdi
erat. “Kalo kamu kangen Ayah kamu shalat dan berdoa, Fer.. Aku gak mau kamu
ngerokok. Itu gak baik untuk kamu,
apalagi kamu baru 18 tahun. Aku gak mau kamu kenapa kenapa. Aku ngerti kamu
pasti kangen sama Ayah, tapi kamu harus cari cara lain untuk mengobati perasaan
itu. Bukan rokok, Fer.. Aku yakin kamu bisa..”
“Maafin aku gak bisa tepatin janji
aku..” Ujar Ferdi.
Autumn terisak. “Bukan salah kamu
sepenuhnya kok. Seharusnya kamu cerita sama aku dari dulu, aku pasti lebih
berusaha untuk ngebantu kamu ngejauhin rokok. Rokok jahat, Fer. Dan kalo kamu
kangen sama Ayah, kamu harusnya melakukan hal yang bermanfaat bukannya merusak
diri kamu sendiri..”
“Aku bingung, Flessie…”
“Kamu bisa Fer kalo kamu mau. Ayo
bangkit lagi, aku ada di sini untuk kamu.”
“Kamu masih mau maafin aku setelah
aku ngecewain kamu?”
“Aku gak boleh egois dengan
memikirkan perasaanku sendiri. Karena aku menyayangi kamu, jadi aku akan selalu
berusaha ada di samping kamu untuk membantu kamu. Semangat, Ferdi! Kita
berjuang bareng bareng ya?”
Ferdi lalu memeluk Autumn erat.
“Terima kasih, malaikat kecil.”
Cinta adalah ketika dua orang
manusia bersatu, memadu hati, menjalin rasa dan saling ada untuk bersama menuju
jalan kebaikan. Cinta takkan membiarkan orang yang dicintai terjerumus ke
tempat yang salah. Cinta takkan membuat orang yang dicintai merasa rugi dan
kecewa luar biasa.
Jika cintamu menuntut terlalu banyak
tanpa kamu mendapatkan hak yang sama, itu bukan cinta. Jika cintamu terlalu
melarangmu tanpa alasan yang lebih logis daripada takut kehilangan, itu bukan
cinta. Karena cinta yang sesungguhnya akan selalu menuntunmu pada kebahagiaan
dunia dan akhirat.
And
you wont know when your right one will come. Not always in a rain or in sunny
day. Because the right one will do their job to make a little rainbow in your
life.
Diikut sertakan dalam lomba cerpen Love Never Fails by nulisbuku
Februari, 2014
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}