paris, paris chapter 2 : invisible.

Kayaknya semua orang menikmati hidupnya kecuali gue. Padahal crepes dengan isi goat cheese ini enaknya luar biasa, tapi gue terpaku sama ingatan menyedihkan di pesta ulang tahun Kesha barusan. Si Chelsea udah kasih warning dari jauh-jauh hari kalau Kesha dan circle ini cuman baik kalo ada maunya doang. Tapi, gue selalu terkenal dengan slogan "cantik dan pemberani". Jadi gue ditemani dress putih selutut yang dipadukan dengan blazer oversized warna ungu tua ini pergi menghadiri ulang tahun Kesha.


And as I expected, it's like I was invisible there.


Chelsea udah ketawa-ketiwi di samping gue. Tapi, gue masih membela diri, "Ya, seenggaknya gue mencoba membuka diri dan cari temen baru."


"Benar, nggak salah." Nada bicaranya nyebelin. Pasti habis ini ngomongnya nyakitin. "Tapi perginya nggak pakai ekspektasi juga, dong. Iya, kemarin-kemarin baik karena lagi butuh. Sekarang, dia bakal beda. Proyeknya kan udah selesai."


"Itu yang lo bilang setiap temen ada musimnya?"


"Setiap temen emang ada musimnya. Kayak lo sama gue, terdampar di Paris, dan nikmatin usia 20-an di kota cantik ini. Musim kita lagi musim semi dan waktunya panjang. Buat lo, Kesha, dan circle itu, gak selama itu."


"Guenya nggak menyenangkan?"


Chelsea terkekeh. "Kadang bukan lo yang salah, bukan dia juga yang salah. Ya, nggak cocok aja."


"Lagi apes aja? Kok apes mulu, sih?"


"Biar lo belajar apa yang lo nggak mau di temen lo selanjutnya," kilah Chelsea. "Lo jadi tau kan kalo temenan sama orang yang cuman baik sama lo pas ada butuhnya tuh lo nggak menyenangkan?"


"Iya, padahal gue tulus temenan sama dia. Gue seneng kasih dia barang-barang gemes. Gue pengen deket terus sama Kesha."


"Mungkin buat Kesha nggak terasa kayak gitu. Mungkin dia terbebani karena lo baik banget, atau mungkin dia nggak ada intensi pengen deket terus sama lo. Lo aja diundang sama dia di last minutes, kan?"


Gue menggigit crepes itu dengan setengah hati. "Bener juga. Dia nggak mau-mau banget ada gue, ya?"


"Kan gue udah bilang. But anyway, thank you mau buka diri di Paris. Ending-nya emang nggak sesuai ekspektasi lo, tapi seenggaknya lo udah mau melawan ketakutan lo. Ternyata nggak sesusah itu, kan? Ya, paling sakit aja. Tapi, kan, lo udah pernah lewatin kayak gini. Jadi udah siap dan nggak kehilangan diri sendiri. Lo nggak kehilangan apa-apa. Lo masih utuh tanpa mereka."


Gue menyandarkan kepala di bahu Chelsea. Iya, ya. Seenggaknya gue udah coba dan ketika gagal lagi ...  gue nggak kehilangan apa pun. Gue masih punya diri gue sendiri.




Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.