pertanyaan di setengah tahun berusia 27 tahun

Kalau boleh jujur, gue sudah melalui banyak fase sebelum akhirnya memutuskan jalan paling baik untuk gue sekarang memang seperti ini. Tiga tahun lalu, di sebuah pesta pernikahan, gue pikir gue sudah menemukan. Namun nahas, ternyata semua adalah angan. Angan yang merenggut rasa percaya diri gue, angan yang merenggut rasa percaya gue pada orang lain.


Batasan yang gue ciptakan sangat jelas, bahkan untuk sebuah hubungan bernama teman. Gue enggan ajak orang masuk, gue lebih cepat nge-judge yang baik dan yang buruk. Hingga suatu malam di setengah tahun perjalanan usia 27, gue membiarkan diri gue jujur walau hanya lewat sebuah tulisan.


Kapan ya waktunya gue? Kapan waktunya gue nggak lagi harus menjadi sesuatu untuk mendapatkan sesuatu? Kapan waktunya gue nggak lagi harus memenuhi sesuatu untuk tetap memiliki sesuatu? Kapan ya gue ... bisa hidup tenang ... dan percaya kalau gue itu nggak perlu setiap hari menyalakan perapian gue, melakukan segala hal yang bisa gue lakukan, demi cerobong asap itu tetap bekerja? Kapan ... gue cukup jadi gue?


Kejadian tiga tahun lalu membuat gue punya pagar yang jelas dengan kotak-kotak yang nggak bisa sembarangan orang lewati lagi. Nggak ada memberikan secara freeflow kayak lagi di pesta-pesta. Nggak ada juga sesi menguras tabungan hanya demi membuat orang lain bisa bernapas dan gue merasa berguna. Tapi, keputusan itu membuat malam lebih banyak sepinya, dan hati nggak lagi bisa membedakan "nggak nyaman" dan "ketakutan". Segalanya seakan melebur dalam sebuah kalimat, "oh fun fun fun, kok."


Not fun. Nothing is fun. I'm worried as hell. I'm freaking 27 years old, and how the fuck am I supposed to live my life without worries? Apakah gue harus terus menekan perasaan gue dengan kesibukan sambil melihat satu persatu orang melangkah menuju masa depan? Atau gue harus duduk di depan layar laptop sambil membiarkan sepinya menguar dan berteriak minta tolong karena hidup ini nggak punya manual book-nya?


Kita semua pasti pernah merasa kebingungan, tapi kali ini, gue sebingung itu. Berapa banyak hari lagi gue harus kecewa karena manusia yang gue temui dan menutup seluruh pintu hati gue? Berapa banyak lagi orang yang harus menginjak perasaan gue sehingga gue nggak lagi bisa jatuh cinta? Berapa banyak lagi hati yang akan membuat gue merasa nggak nyaman hanya karena nggak mau sepi ini selalu menjadi pemeran utama?


Semuanya menakutkan, dan gue cuman bisa berpegangan sama Allah yang punya dunia. Bahwa Engkaulah yang membawaku ke jalan ini, maka Engkau pulalah yang tahu apa baik dan buruk untuk hidupku ini. 


Perjalanan 27 tahun ini ... membuat gue lebih berkawan dengan diri gue sendiri. Tapi, malam ini, di saat semuanya semakin jelas di depan mata, gue semakin khawatir akan gadis yang bertahun-tahun lalu selalu ditolak perasaannya, selalu diinjak keinginannya, selalu dicemooh akan usahanya. Perlu berapa banyak novel lagi yang harus gue tulis untuk memaafkan setiap luka yang nggak bisa gue cegah di waktunya?


Saat ini, mungkin yang terbaik adalah memberikan segalanya waktu agar Yang Punya Dunia yang menjawabnya. Gue cuman bisa berusaha, yang memberikan segalanya tetaplah Dia.


Kalau boleh, angkatlah semua luka itu. Biarkan gue bertemu dengan orang baik lagi, yang nggak membuat gue merasa nggak nyaman seperti lagi nonton film Midsommar, melainkan aman dan tentram seperti menonton film favorit gue, Twilight Saga.




Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.