Since You've Been Gone chapter 4
"Hidup ini harus bersyukur. Jangan hanya berdirii di ilusi. Kehidupan yang nyata itu bukan kemarin ataupun besok, tapi hari ini."
-Kesatria
***
“Dan itu yang
bikin gue sampai kapanpun gak akan bisa lanjut sama Refal..”dengan nada lemah
terisak,Jessi menceritakan semuanya pada Jason.
Jason tampak
enggan atau bahkan tidak bisa berkomentar apapun untuk cerita Jessi kali ini.ia
hanya memeluk sahabat wanitanya itu dengan erat.Jason bisa merasakan masa masa
sulit yang sedang dialami Jessi,yaitu luka hati Jessi kehilangan sosok Refal,lantas
sampai kapan masa sulit itu akan berakhir?
***
Kehilangan sosok
orang yang dicintai jelaslah sakit,tapi mana yang lebih sakit daripada masih
saling mencintai namun harus saling kehilangan? Hubungan Refal dan Jessi
berakhir karena perbedaan,dan tidak ada solusi apapun untuk hal itu. Karena
sekalipun perbedaan ada bukan untuk melerai setiap manusia,nyatanya siapa yang
bisa menyatukan perbedaan?
Akhir akhir ini Refal
terlalu sering bolos pelajaran Biologi dan Fisika,karena ada Jessi disana. Refal
terlalu takut akan perasaannya,semua yang Refal lakukan bukannya membuat lupa
akan Jessi tapi justru membuat pikirannya terus menerus terisi oleh mantan
kekasihnya itu.ditambah Refal takut Jessi bersama Jason sekarang,membuat luka
hati Refal semakin besar.
Refal pastilah marah membayangkan itu semua, tapi apa
yang bisa dilakukan Refal kecuali menjauh berharap semua kenangan dan
perasaannya dengan Jessi hilang dalam waktu?
Di satu sisi,Jessi
tahu bahwa Refal sedang menghindar dari kehidupannya.bahkan tidak terasa sudah
satu minggu mereka tidak pernah sekelas lagi.tentu hati Jessi sekarang bagai
lembaran kertas tanpa kata,semuanya begitu sepi. Aura muram dan kesedihan
mengisi hari demi hari yang dijalani Jessi,tidak ada lagi sosok Jessi yang
periang,kini hanya ada cewek berhati lemah yang mudah menangis ketika ia
memikirkan pangerannya.
***
“Jadi Jessi Jason
apa kabarnya va?” Refal kembali menanyakan pertanyaan yang sama,pandangan Refal
terarah pada meja kantin disudut ruangan,dimana ada Jessi dan Jason disana.Reva
menatap Refal dengan penuh heran,ia tahu
perasaan sahabatnya itu hanyalah perasaan cemburu yang konyol.
“kabar mereka
baik baik aja,gak kaya lo yang terus terusan sedih gajelas,let it go lah Refal,mau
sampai kapan lo gini terus?” ujar Reva ketus pada sahabatnya.
“kalau lo jadi
gua,ngeliat Jason sama Jessi sekarang,apa lo bisa?”tanya Refal pada Reva,masih
dengan tatapan yang terfokus pada meja disudut ruangan.membiarkan semangkok
bakso yang dipesannya mendingin begitu saja.
“dan udah gue
jelasin berkali-kali ke lo,kalau mereka gak lebih dari sekedar sahabat,dan lo
selalu gak percaya sama gue kan”
Refal kembali
pergi meninggalkan Reva,ia pergi meninggalkan suasana kantin yang cukup
ramai,terutama meninggalkan pemandangan buruk bagi diri Refal,yaitu melihat Jessi
bersama Jason.ini yang kesekian kalinya Refal merasa cemburu melihat Jessi dan Jason
bersama,beda saat dulu Refal masih bersama Jessi.
Setiap melihat Jessi bersama Jason
perasaan Refal menjadi begitu kecewa,Refal yakin kalau Jessi dan Jason pasti
lebih dari sekedar sahabat. Ia sangat membenci Jessi yang begitu mudahnya
mencari pengganti baru. Atau mungkin bukan sangat membenci,melainkan sangat
mencintai sehingga berat bagi Refal melihat Jessi bersama orang lain yang bukan
dirinya.
Reva sebagai
sahabat Refal tetap yakin dengan pemikirannya,bahwa Jessi dan Jason hanyalah
sahabat.sembari menghabiskan minumannya,ia memperhatikan gerak-gerik Jessi dan Jason.mereka
memang terlihat akrab.tapi baik Jessi maupun Reva,mereka sama sama seorang
cewek yang bisa mengerti isi hati satu sama lain.
Reva tahu betul senyuman Jessi
merupakan senyum palsu untuk menutupi semuanya,apa yang dilakukan Jessi
hanyalah pura pura bahagia di balik perasaan sakit yang begitu mendalam.
Karena
tetaplah cewek yang paling handal memasang senyum palsu, bukan?
***
Dinginnya udara
sore menyeruak masuk kedalam ruangan teater saat itu,jendela yang terbuka
membiarkan desau angin menyejukkan sekeliling ruangan.ditemani permainan jemari
Jessi diatas tuts hitam putih. Piano itu menemari sore Jessi,ia memainkan melodi
lagu sambil bergumam menyanyi dalam hati.suara denting piano menjadi penghibur
para anggota teater yang sedang sibuk menghapal naskah demi naskah.
Jessi
menghentikan permainannya,ia beranjak dari pianonya lalu mengambil air minum
untuk melepas dahaga.saat itu Reva datang menghampiri Jessi,sudah lama Jessi
dan Reva tidak bercakap serius,kebetulan memang mereka belum sekelas lagi akhir
akhir ini.
Diawali dengan
kesunyian,Jessi memulai pembicaraan “jadi gimana kabar Refal?dia udah berhasil
lupain gue kan?”
“i’m not
sure.” jawab Reva,lalu melanjutkan kembali kalimatnya “lo sekarang gak sama Jason
kan, Jes?”
Jessi tertawa
ringan “sejak kapan ada gossip itu lagi?walaupun lo sahabat terbaik Refal,tapi
lo tau banget gue kan” jelas Jessi dengan santai,ia menyikapi pertanyaan Reva
dengan perasaan sedikit heran mengapa gossip aneh seperti itu bisa muncul lagi
dan lagi.
“dari awal pun
gue yakin ga segampang itu lo cari pengganti baru. Refal masih sayang lo jes,dia
terlalu cemburu ngeliat lo sama Jason sekarang.”
“sekalipun gue sama
Refal masih saling sayang, lalu apa yang bisa gue lakukan sekarang? Gak ada
Va.” ucap Jessi menjawab pertanyaannya sendiri. “Bahkan sahabat lo terlalu jahat
sama gue, dia selalu pergi Va, dia terlalu menghindar.” lanjut Jessi.
Jessi cukup
kesal mendengar cerita Reva bahwa Refal cemburu karena hal konyol, yaitu
kedekatannya dengan Jason.Jessi kesal dengan sifat Refal yang tidak pernah
belajar mengerti. Lagi-lagi Jessi merasakan luka hatinya yang begitu sangat.Reva
bisa melihat kekecewaan itu dari sorot mata Jessi.
Reva berpikir sendiri apa
sebenernya penyebab dari masa sulit ini. Reva yakin betul semuanya karena
perbedaan antara Jessi dan Refal. Kalau alasannya adalah perbedaan, sudah
jelas Refal dan Jessi tidak akan lagi bisa seperti dulu. Membayangkan hal itu
membuat Reva iba akan kondisi yang dialami oleh sahabatnya.karena lagi-lagi
siapa yang bisa menyatukan perbedaan?
Ketika banyak yang bilang perbedaan itu
indah,tetapi takdir berkata lain bagi Jessi maupun Refal. Reva hanya bisa
menatap Jessi yang kembali memainkan pianonya dengan penuh harapan akan ada
akhir yang baik dari masa sulit di antara Jessi dengan Refal.
***
Senja sore
dilangit bandung,saat itu langit mendadak mendung gelap,pertanda hujan sebentar
lagi akan turun.sekolah Bina Mulya sudah cukup sepi.semua anak teater hampir
sebagian besar telah pulang.Jessi berdiri diam di lorong dekat lapangan parkir,dengan
bosan ia menunggu jemputan yang tak kunjung datang.Saat itu pula Refal baru selesai
berlatih futsal,ia melewati koridor menuju tempat parkir,disana Refal melihat Jessi
dari belakang,dan tentu saja Refal hanya melewati Jessi tanpa sapaan.
Benar saja hujan
pun turun deras.Refal menyetir mobilnya,melewati Jessi yang masih menunggu di
koridor.Refal menyadari kondisi sekolah sudah sangat sepi.ia menjadi cemas akan
Jessi,ia takut jika mantan kekasihnya itu harus menunggu lebih lama lagi
disekolah.dari dalam mobil Refal memperhatikan Jessi,besar sekali kemauan Refal
mengantar Jessi pulang bersama.
Tapi
dia bukan siapa siapa gue lagi.kalimat itu mendadak
terngiang di kepala Refal.ia menancapkan gas mobilnya,mengurungkan niatnya
untuk mengantar Jessi pulang.ia tidak lagi perduli dengan Jessi sekarang.dengan
kecepatan tinggi Refal menyetir mobilnya.
Namun sepanjang jalan
sendiri pikiran Refal terus memikirkan Jessi.keputusan Refal membiarkan Jessi
menunggu lama disekolah membuat perasaannya khawatir tak lega.seolah ada
bayangan dan hati yang tertinggal.Refal sangat khawatir dan cemas,ia benar
benar memikirkan Jessi kali ini.Refal pun membanting setir mobilnya,ia membelok
kearah berlawanan,kembali menuju ke sekolah untuk menjemput Jessi.
Karena perasaan
tidak pernah bisa berbohong,Refal masih menyayangi Jessi.Refal masih perduli
akan Jessi.
Ia tiba
di Sekolah Bina Mulya, buru buru Refal mengarahkan mobilnya kearah belakang
sekolah,yaitu koridor lapangan parkir tempat dimana Jessi tadi menunggu. namun
ketika niat baik Refal hampir terwujud,lagi lagi pemandangan buruk Refal
dapatkan hari ini.
“Sial!!” Refal
memukul setir mobilnya,ia tampak marah. Tatapannya fokus menatap kearah Jessi. Di arah Jessi
sendiri terlihat Jason menjemput dan membawakan payung untuk Jessi. Kali itu Refal
sangat kecewa,ia satu langkah lebih lambat daripada Jason. Niat baik Refal
menjadi sia.semuanya benar-benar sia.
Refal hanya bisa
menatap mobil Jason yang melaju pergi dengan penuh perasaan cemburu dan kecewa. Seakan Tuhan
menutup semua jalan, lalu kini apa yang harus Refal lakukan?
***
Fresh from the open, edited soon
By: Stefani Putri
March 29th 2015
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}