Miscommunication: Mempermasalahkan apa yang bukan masalah

Punya hubungan sama gue bukanlah hal yang mudah. Terkadang gue bisa jadi orang yang membuat lo sangat "bestfriend forever" dengan gue, tapi kadang gue juga bisa diemin elo bukan karena gue marah, tapi karena gue emang lagi gak mau ngomong aja. Awalnya gue merasa gue baik baik aja dengan sosial gue, tapi belakangan gue malah mendapat masalah dengan sikap gue yang seperti itu. 

Kembali tentang Communication Theory di mana ada satu teori yang disebut Standpoint. Teori ini menjelaskan tentang bagaimana dua orang yang berbeda (gender terutama) memiliki pola pandang tersendiri terhadap sebuah masalah. Tentu saja cara pandang mereka didasari oleh pengalaman dan lingkungan mereka. Namun ketika gue belajar standpoint theory, gue cenderung mengasumsikan bahwa teori ini mengajarkan kita bagaimana kita menyikapi "sikap lawan bicara kita" yang di luar nalar dan akal sehat kita. Paham gak? HAHAHAHA.

Let's talk about me and him.

Gue adalah tipikal orang yang cerewet dan maunya semua jelas, gak ada acara "ngerti sendiri lah" atau "cobalah pahami orang lain tanpa dijelasin." Sedangkan dia adalah tipikal orang yang simpel, satu dua kali cukup untuk menjelaskan, gak perlu setiap saat. Dalam pengalaman gue, ketika gue membiarkan orang yang intensitas ngobrolnya intensif dengan gue tiba tiba hilang begitu saja akan berdampak gue ditinggalin dan gue gak suka hal itu terjadi. Gue sangat takut dia hilang dari ruang lingkup hidup gue, karena gue pribadi merasa sangat butuh arahan dia dalam hidup gue.

Sedangkan dia percaya bahwa orang yang gak ngobrol sampai 3 bulan pun if they are true friends, they will stay whatever its happen. Simpelnya adalah gue sudah terbiasa dalam zona dia ada di samping gue untuk 24/7, sementara keadaannya dia sekarang sudah lebih sibuk daripada Presiden Indonesia. Ketika gue mengajukan keinginan gue, ternyata dia gak mau kompromi sama apa yang gue mau. Gue bereaksi dong, entah sedih atau marah, pokoknya gue gak mau kami berdua ada jarak seperti ini. Tapi hal tersebut malah bikin dia menarik diri lebih jauh karena gue percaya dia gak mau mengerti dari sudut pandang gue.

Akhirnya gue pun memutar otak, apa yang salah di antara kami berdua?


Maksudnya, di saat gue harusnya bisa ngertiin dia, kenapa dia gak mau ngertiin gue? Atau jangan jangan selama ini dia udah berusaha ngertiin gue tapi selalu gak pernah cukup karena tingkatan ekspektasi kami berdua beda satu sama lainnya? Perlu diketahui dalam hubungan apapun selalu ada ekspektasi antara satu dan yang lain. Apa mungkin ekspektasi dia pada gue terlalu tinggi sehingga ketika gue gak sesuai dengan bayangan dia, dia memilih untuk narik diri daripada kompromi?

Disinilah gue belajar bahwa gue dan dia sama sama punya standpoint yang harusnya dimengerti satu sama lain. Gue harusnya mengerti dia melihat kesibukan di antara kami berdua berujung pada "oke, fokus sama hidup masing masing, when we have time, lets talk, gak usah setiap hari harus maksain ngobrol" sedangkan gue malah sebaliknya "seenggaknya ayo kita usahain untuk tetep ngobrol, so this relationship will stay alive." 

Tapi kesalahan kami berdua adalah kami tidak membicarakan ini atau tepatnya dia sudah terlalu capek menghadapi gue untuk mendiskusikan masalah kami. Lalu gue teringat pada gue yang juga bertingkah sama kepada teman teman gue seperti apa yang dia lakukan sama gue; kalo ada waktu ya gue bales, kalo gak ada ya maklumin aja gue muncul di grup tapi gak muncul sama lo, karena ada yang lebih penting, atau maaf kalo gue bisa update snapgram tapi gak ngomong sama lo, karena gue lagi gak mau ngomong aja.

Jadi gitu yaa rasanya teman teman main dengan gue;'] Gue ngeselin juga ye;']

Akhirnya setelah gue menyadari rasa diginiin gak enak, gue pun mencoba untuk lebih terus terang dan menghargai siapapun yang ajak gue ngomong. Gue juga mencoba untuk menertawakan masalah, berhenti mempermasalahkan apa yang bukan masalah besar seperti kalo dia balesnya lama, kalo dia ngeseen snapgram doang tapi gak tau kemana, kalo gue telpon tapi gak diangkat. Ini mungkin salah satu bentuk kedewasaan yang gue raih setelah belajar bahwa setiap manusia punya standpoint masing - masing.


Jelas gue punya ekspektasi terhadap dia, tapi kembali lagi, hubungan ini bukan tentang gue doang, atau tentang dia doang. Ketika kami berdua sama sama ingin dimengerti tapi tidak terjadi komunikasi, yang ada hanyalah kekesalan dan prasangka buruk antar satu sama lain. Ekspektasi gue merambah menjadi tuan dari diri gue sendiri dan menyebabkan gue gak bisa toleransi dengan standpoint / cara pandang dia terhadap masalah yang di hadapi kami berdua.

Sebenarnya, semua itu tentang komunikasi kan? Gue pun belajar, kalo gue mau dingertiin sama dia ya gue berkorban saja untuk mengerti dia. Walau rasanya gak nyaman dan di luar zona aman gue, tapi yang namanya komunikasi itu tentang kompromi. Bagaimana salah satu berusaha untuk menjadi pendengar lebih banyak daripada pembicara, bagaimana salah satu berusaha mempertahankan daripada mengeluh dan akhirnya kehilangan.

Toh, dia begini untuk menjaga biar gue bisa mandiri tanpa dia. Karena dia benar, sampai kapan gue mau bergantung pada dia? Ada kalanya gue bisa berbagi bersama dia, tapi banyak struggle yang terjadi harusnya gue bisa gue selesaikan sendiri. Karena dia sudah benar benar membimbing gue sampai titik ini. Masa mau disuapin terus, kapan dewasanya?

Toh, gue begini sebenarnya untuk menjaga dia tetap ada. Tapi untuk dimengerti orang lain, kita harus mencoba mengerti mereka dulu kan? ;)





Best of luck untuk kita berdua.
I know, we can do it!;)





Give my best shout out to my lecturer, Sir Taufan Teguh Akbari for 
helping me to understand this theory;)

4 komentar:

  1. Yak, setuju. Semua hubungan mestinya harus dilandasi komunikasi yang bagus. Kadang ada kerikil kecil yang keliatannya sepele, tapi bisa bikin jatuh en luka ;')

    Semoga kalian berdua bahagia ya! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiin semoga kami bahagia, terima kasih banyak kak doanya. Back at you!<3

      Hapus
  2. "bahwa setiap manusia punya standpoint masing - masing" ini musti selalu diingat ini, terima kasih udah share kakak :)

    BalasHapus
  3. Nah benar sekali, supaya kita gak terlalu menuntut dan ngerasa orang gak ngertiin kita;)

    BalasHapus

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.