Question of The Week: Kamu menulis tentang siapa?

Di tengah tengah ke-hectic-an menuju project dadakan yang presentasinya hari Selasa, gue teringat akan pertanyaan yang sering sekali muncul belakangan ini. "Kamu menulis tentang siapa?" "Cowok mana yang mematahkan hati kamu?" "Kamu segitu sayangnya sama dia sampai mengabadikan dia di dalam tulisanmu?"

Gue kali ini tidak bisa menjawab ya dan tidak, walau sebenarnya memang mostly inspirasi gue sumbernya datang dari dia. Dari sikap dia yang mendadak kayak anak SMA bipolar, datang dan pergi sesuka hati, masih anggep gue "baper" sampe gue jadi masih baper beneran sama dia dan lain - lain. Yang gue tulis adalah semua hal yang terjadi dan tentu saja ada beberapa kejadian yang gue berharap hal itu yang terjadi. Seperti misalnya saat gue bicara A dan belakangan gue sadar gue menyesalinya, atau ketika gue harusnya bicara dan malah gak bicara.

Menulis tentang dia bukan berarti rasa sayang ini unlimited a.k.a gak bisa move on. Perlu ditegaskan bahwa apapun yang gue rasakan pada dia sekarang bukanlah urusan siapapun, bahkan dirinya, kecuali gue sendiri. Biarkan gue yang sedang menikmati hidup ini mempunyai pleasure tertentu saat lihat dia sukses atau bahagia dengan hidupnya.

Dia selalu bisa mematahkan dan membuat gue merasa hidup kembali. Dia bahkan tidak perlu gue kasih nama samaran karena dia tahu siapa dirinya. Dan gue percaya everything happens for a reason, jadi pertemuan kami adalah untuk membuat gue bisa menulis lebih banyak lagi.

Back then, selama setahun ini emang isi blog gue mostly related dengan dia. Dia yang entah datangnya dari mana tiba - tiba jadi tokoh utama Alice in Tipluk's World. Tapi gue percaya apa yang gue tulis sekarang gak sekedar masalah mengagumi dan menyayangi, tapi gue mau kalian yang baca mendapatkan pelajaran manis seperti apa yang dia berikan kepada kita.

Karena ketika kata bersyukur dan terima kasih tidak mampu mewkili rasa bahagianya gue bisa dibimbing jadi lebih dewasa sama dia adalah dengan membuat karya. Gue hanya berharap apa yang gue dan dia lalui, apa yang jadi problem dari permasalahan kita bisa jadi pelajaran buat kalian.

Setidaknya kalian sekarang tahu kan, sebuah perasaan yang tidak punya rumah untuk berpulang tidak selalu menghancurkan. Ia malah memperkuat, memperkokoh dan melindungi pemiliknya dari kehancuran yang sebenarnya.

I know you're out there. I'm pretty fine, and I hope you do fine too. I know we're also fine ;)




Your little trouble, 
T. 

1 komentar:

  1. Ah.. Katanya menulis itu menyembuhkan loh. Tapi kalo untuk move on butuh proses, meski menyakitkan, ya dijalani aja :3

    BalasHapus

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.