arka-- slow down, enjoy the ride

Ketika gue pertama kali ketemu Arka Satya, there's something going on inside my head. Gue nggak mau lagi masukin orang baru ke dalam kehidupan gue -atau kasarnya, masukin ke ring satu hidup gue. Hal itu karena gue emang sebelumnya masih belum sembuh dari trust issues, baik untuk masalah pertemanan atau another serious relationship. But things changed when I met him. Bahkan sebelum kita ngobrol secara personal, gue menemukan 'the thing' yang sudah lama hilang dan sulit gue temukan. Kasarnya, intuisi gue berbicara bahwa dia nggak akan sekedar jadi kenalan saja.

Our first late night call was a lit. Cuman 4 jam sih, tapi 4 jam yang bener bener ngebuka semua pertanyaan gue di pertemuan pertama kami. Bagaimana reaksi Arka terhadap society, his ambition towards life, his dark secret. Semuanya kebuka bahkan di beberapa jam pertama kita ngobrol. He was broken, as I was, at that time. Sejujurnya, gue bukan orang yang mau lagi ngurusin urusan orang kalo nggak ada faedahnya buat gue. Tapi entah kenapa pas sama Arka, gue tiba tiba tergerak gitu. Gue pengen dampingin dia. Nggak bermaksud untuk fix his problem, but I want to be by his side when he facing those shits of life. Gue mau dampingin dia berkembang dan sayang sama diri dia sendiri. Karena jujur, seneng banget lihat orang yang punya banyak potensi tapi nggak congkak kaya dia. Ups, my previous one terlalu congkak dan narsis HAHAHA.

Bukan karena ada beberapa hal yang sudah gue temukan duluan atau gue merasa lebih settle daripada dia, tapi the intuition just tell me to stay whatever happens. As i told you that he was so broke (ini bukan finansial yah, tapi kaya mentally gitu), banyak pro kontra yang mampir di sekitar gue tentang dia. Nggak semua temen temen gue suka sama Arka karena mereka tau gue sama Arka sering banget berantem over small things. Arka tipikal yang sok cuek dan santai, tapi sebenernya dia overthink dan selalu simpen itu sendiri. Sekalinya diluapin, dia nggak bener bener mau menyelesaikannya. Kacaunya, kadang ada beberapa hal yang butuh ketegasan, tapi Arka bisa bilang, "udahlah, udah lewat." Itu yang bikin temen temen gue nggak suka sama Arka. Because the more he did it, the more he caused pain on me.

Udah banyak banget hal yang terjadi selama setengah tahun ini antara gue sama Arka. Dulunya, sebelum ketemu sama dia, I thought I'm ready to build a relationship. Gue kira gue sudah membereskan semua kekacauan gue dan kemarin cuman salah ketemu aja. Orangnya kurang tepat untuk mau berjuang sama gue. Tapi ketika ketemu sama Arka, ternyata ada beberapa hal jelek gue yang sebenernya bukan karena Arka nggak bisa handle gue, tapi hal itu memang sebaiknya dikurangi bahkan dihilangkan dari diri gue.

The overthink games ternyata akan selalu membuat partner gue, siapapun itu, exhausted sama gue. Well at first, mereka pasti trying his best to work on it. Tapi berapa lama orang akan bertahan dengan gue yang sering overreacted on bad things? Another thing yang nggak pernah gue sadari adalah ternyata kalo gue punya partner, I'm kinda pushing people away dan cuman terfokus sama si orang tersebut. Well thats good banget karena you know how loyal I am to you, gue nggak akan selingkuh atau fall to another person. Tapi ketika gue berantem, gue akan balik ke orang orang yang gue pushed away, kan? Atau ketika things going too often, bakal bosen nggak sih partner gue? Iya, emang kalo sayang dan mau memperjuangkan, mau makan KFC 30 hari berturut turut juga diiyain, but seriously? We need space on relationship, too. Itu yang Arka tampar banget sama gue.



Arka nih, dari kalo gue overthink ngejelasin panjang lebar, ngebecandain, marahin, sampe udah capek jadi kaya gini:"} WKWKWKWK KESIAN DAH DIA


Gue juga nggak pernah sadar kalau sifat goal-oriented gue sering nyakitin orang. Di hubungan sebelumnya, gue dituntut untuk jadi nomer satu di segala bidang atau nggak he will leave me. Sebel banget kan. Kalo dulu masih sama dia, gue ngerasanya oke banget shay, self improvement. Tapi pas ketemu orang lain.... 

Arka pernah jujur sama gue, akhirnya setelah sekian lama jadi trust issue dia ke gue wkwk, kalo dia ngga suka banget sama gue yang couldn't take "no" as an answer. Karena menurut gue semua tuh bisa diusahain kok, nggak ada yang nggak bisa dan mustahil. Tapi he just open my eyes and my mind, kalo gue lagi berhubungan sama orang yang beda banget sama gue. Gue nggak bisa take my self as the standard. As time goes by, gue belajar banget bahwa dalam hubungan, even ada yang pasti lebih sering mimpin untuk hal A B C D, tapi ini hubungan, tentang dua orang di dalamnya. Nggak bisa gue maksa Arka selalu ikut cara gue dan Arka maksa gue untuk selalu ikutin cara dia.

Well the last thing is, maybe this is something yang selama ini dirasain temen temen gue, tapi mereka simpen dan nggak mereka buka buka lagi untuk menghormati gue. I'm just too needy, even I know I can solve everything by my self. Arka did his great job. Dibanding cowok cowok lain yang deketin gue (we won't see Gibran as the comparation, ya), dia berusaha banget jadi apa yang gue mau. Tapi turns out dia kecapekan dan tentu saja dia nyalahin gue karena bikin dia nggak jadi diri dia sendiri. Kita sempet ngejauh dan bertengkar terus karena ego masing masing, Tapi sekarang, as time goes by, gue sama Arka mencoba untuk jadi diri sendiri dan masa bodolah dengan ekspektasi masing masing. And see? It works bit by bit.

Arka nggak bisa banget diatur atau dimintain kabar setiap saat. I'm trying to understand him. Gue nggak bisa banget nerima kata "nggak" kalo gue minta Arka ngelakuin sesuatu yang... sebenernya bukan buat gue hasilnya! Buat dia sendiri! And even akhirnya dia nggak ngelakuin, he will try atleast to consider my request. See? Ternyata take and give dalam relationship is hard, men. Gue udah nulis tentang cinta 9 tahun dengan buku kelima yang lagi dikerjain aja tetep masih jatuh bangun ngertiin orang.

People say, I deserve better than Arka. i do agree sih, untuk several occasion. But when I look at him and realize how much I learnt about things after a half year together, I'm so thankful to having him around. Arka berhasil bikin gue bersyukur sama hal hal kecil. Gue yang ambisius dan bisa nangis untuk nilai 70 aja udah bisa slow down the speed and enjoy the ride that I've been taking. He is a blessing to my journey.

On my last day at Lombok, gue sadar selama gue kerja setahun kebelakangan, gue lupa bagaimana menikmati ritme perjalanannya. But when I met him, I finally see how much I'm growing with him. Bagaimana gue belajar membereskan hal hal buruk di hidup gue, begitu juga dengan dia.

Last but not least, ternyata relationship is really about two people who care of each other. Mau bilang nggak butuh, nggak sayang lagi, nggak cocok lagi, nggak bisa jalanin lagi, when you still care of them, no matter what, selalu ada jalan balik untuk bertemu. 

Dan yang lebih hebatnya dari seorang Muhammad Radyka Satya ini adalah... Dia berhasil membuat seorang Titi yang posesif, yang nggak bisa banget nahan ego, yang kerjaannya overthinking even on small things, learn how to trust someone. I even learn how to do this thing; the best way to keep what you love is to set it free. Dulu waktu gue selalu mengungkapkan apa yang gue mau dan selalu dipenuhi sama Arka, gue mengikat dia sampai sampai gue lupa, sesuatu yang terlalu digenggam akan kelelahan juga. Kalau Arka mau pergi, rasanya kecewa banget. Kalau sekarang, bukannya ngegampangin, tapi sering banget kok satu sama lain ninggalin dan sibuk sendiri, but at the end, we find way back to each other.

People always ask me, "apa sih yang lo dapetin dari Arka?" 

Well, value. Sebenci bencinya Arka sama gue, dia nggak pernah ngebandingin gue atau bikin gue ngerasa nggak berharga. Sebrengsek brengseknya dia, he will always try to appreciate me. Dan banyak lagi hal hal yang gue dapatkan selama setengah tahun ini Arka mengisi hari hari gue. Arka benar benar mengajarkan gue kalaupun kita punya goals, jangan lupa untuk menikmati apa yang lagi dijalankan. Karena kalau ternyata tujuannya ga tercapai, setidaknya kita akan selalu mengingat manisnya perjalanan ini.

And I really love how our "kamu lagi apa?" "kamu lagi dimana?" and those cheesy things berubah jadi saling memaki, mencibir, menyindir, tapi tetap perduli. 

Jadi, apapun kata orang tentang lo, pasangan lo dan hubungan lo, kadang lo harus egois untuk percaya sama intuisi lo. Banyak banget cowok yang lebih baik daripada Arka di luar sana dan gue sadar gue berhak untuk mendapatkan affection yang jauh lebih besar daripada yang Arka kasih ke gue. Tapi, every meeting happens for a reasons. Kalau gue nggak ketemu Arka, gue nggak akan tahu masih banyak yang harus gue pelajari dan gue latih. Seakan membawa berkah, Arka melatih gue untuk lebih sabar dan mendewasakan diri serta pemikiran gue. Alhamdulillah gue dipertemukan dengan orang brengsek kaya dia. 

Yang jelas, pilihlah mereka yang membuat kamu bahagia dan jangan pernah berharap akan apapun. Just do your best and enjoy the ride; kamu nggak pernah tahu masa depan akan membawa kamu kemana.





Semoga pertemuan Arka dengan gue juga membawa berkah untuk hidup dia.


PS: Terima kasih banyak untuk kamu yang baca cerita aku dan Arka di ig-ku. Jujur kaget ketika banyak orang yang jatuh cinta sama sosok Arka bahkan sebelum kamu kamu kenal sama dia. He is really adorable, serius deh. Gue nggak pernah sembarangan kalo milih partner HAHAHAHA. Thank you, see you di bukuku nanti ya.

2 komentar:

  1. segala sesuatu yg di genggam terlalu erat seperti balon yg ditiup terlalu besar dan kencang,lama " akan pecah, begitu jg hubungan yg terlalu mengekang sampai " ssh buat bernafas, tapi realitanya sbg perempuan mmg kepinginnya selalu mengikat, ssh sendiri akhirnya.

    BalasHapus

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.