[FLASH FICTION] Petrichor: Pantaskah?

Mataku tak bisa kupejamkan dengan sempurna.

Hatiku masih terus bertanya tanya, kemana kamu hari ini? Sudahkah kamu makan? Aku tahu sekali kamu suka makan, tapi kamu selalu lupa makan ketika sedang asyik tenggelam dalam duniamu.

Otakku masih bertahan untuk tak mengirimkan satupun pesan singkat padamu walaupun hatiku sudah menjerit tak mau begini. Aku hanya ingin tahu keadaanmu. Aku hanya ingin tahu dimana kamu.

Karena entah mengapa, kamu sudah menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidupku.


Rasanya canggung meminta kabar darimu karena aku tak pantas mendapat itu. Aku bukan siapa-siapa untukmu, bukan? Tapi kamu selalu berusaha memberikan kabar padaku. Bukankah itu cukup manis?

Kupejamkan mataku beberapa saat lalu terbangun ketika detak jantungku semakin tak karuan. Pertahananku runtuh, aku tak bisa tidur tanpa kabar darimu. Kuraih ponselku dan mengetik pesan singkat untukmu.

Kemana aja seharian ini? Sibuk banget...

Beberapa menit kutunggu tak ada balasan. Aku tahu betul kamu tidak bisa diganggu jika sedang sibuk atau ada acara keluarga. Aku tahu betul kamu akan menjadi super jutek kalau sedang bersama teman temanmu. Aku tahu betul kamu.

Kuputuskan untuk menutup mataku dan meninggalkan harapan bahwa kamu akan menelpon malam ini. Namun tiba-tiba ponselku berdering. Aku cepat cepat meraihnya dan ada namamu tertera di layar. Damar Syahreza.

"Halo.. Kenapa telpon?" Tanyaku pura-pura tak mengerti.
"Maaf baru bisa ngabarin kamu, aku lagi pergi sama keluargaku. Tiga puluh menit lagi aku sampai rumah. Jangan tidur dulu, boleh?" Tanyanya dengan tergesa gesa.

Aku tersenyum lebar dan jantungku berdegup jauh lebih kencang daripada biasanya. Aku mengangguk pasti. "Iya..."

"Makasih ya, Lys.. Aku telpon kamu sesampainya di rumah."

Aku terdiam lalu menerawang jauh. Kita bukan siapa-siapa, aku selalu begini, kamu selalu memberi. Pantaskah aku mendapatkan semuanya?

Cirebon, 7 September 2013 from 23.30 - 23.43 pm.

3rd times I've spent weekend without u. Sleep tight ya.