Regrets and Revenge chapter 18

'Cause I miss everything we do..
I'm half a heart without you.

***


9 chapter lagi. Bismillah...

Sebelumnya di Regrets and Revenge....

Khansa Pevita Raisana adalah seorang ketua eskul Jurnalistik SMA Bakti Wardhani yang begitu terkenal. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh gadis seusianya kecuali masalah cinta. Ia tak lagi mengenal cinta semenjak dikecewakan oleh mantan pacarnya, Biru Samudra Nusantara.

Biru yang seorang kapten sekaligus ketua eskul Basket memilih meninggalkan Pevita demi seorang anak baru bernama Resha. Semenjak itu Pevita menutup diri tetapi ketua OSIS -Raka Dimastrya Adithama memberanikan diri untuk mencoba merebut hatinya. 

Seiring dengan berjalannya waktu, Pevita tertarik dengan Raka dan mereka semakin dekat. Di sisi lain Biru malah menjadi renggang dengan Resha. Hal itu diawali oleh Biru yang mulai menyesal semenjak mengetahui sifat Resha yang tidak lebih baik daripada Pevita.

Biru ingin kembali kepada Pevita. Ia mencoba mendekati Pevita lagi. Awalnya Pevita menolak, hatinya masih begitu hancur. Tapi kehancuran hatinya malah membawa Pevita ke pemikiran untuk balas denda pada Biru. Ia ingin Biru sadar bahwa sifatnya yang begitu menggampangkan perempuan sangatlah tidak baik.

Pevita ingin membuat Biru benar benar menyesal dan memperbaiki sifatnya. Namun dalam perjalanannya, rencana Pevita malah membuat dirinya menjadi renggang dengan Raka. Sementara Resha semakin berusaha keras untuk mengikat biru semenjak ia menyadari Biru ingin kembali pada Pevita.

Lalu bagaimana kelanjutan penyesalan Biru dan rencana balas dendam Pevita?


***

Resha tersenyum kecil ketika Biru meminta izin untuk pergi ke toilet. Resha begitu bahagia sore ini karena Biru mengajaknya untuk pergi sepulang sekolah. Sudah lama mereka berdua tidak menghabiskan waktu bersama sama.

Semenjak Biru kembali dekat dengan Pevita dan perubahan Resha yang tidak lagi overprotective, hubungan mereka kembali membaik. Biru kembali manis seperti saat pertama kali mereka mulai dekat.

Resha akhirnya menyadari satu hal. Untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, kita memang harus mau berkorban. Kini ia mengorbankan seluruh hatinya untuk Biru dekat lagi dengan Pevita. Ia terus bicara pada dirinya bahwa Pevita hanyalah teman Biru.

Walau sebenarnya hatinya begitu patah setiap kali ia menyadari bahwa sampai kapanpun Pevita akan selalu menjadi yang istimewa..

Resha takkan pernah bisa menggantikan posisi Pevita di hati Biru tapi setidaknya ia akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengecewakan Briu. Ia tidak mau Biru merasa tidak nyaman lagi saat bersamanya.

Namun banyak pertanyaan bermunculan di benak Resha, bagaimana pribadi Pevita yang sebenarnya? Kenapa gadis itu bisa membuat Biru selalu merasa bahagia? Kenapa ia bisa membuat Biru sengsara sampai tak bisa melupakannya? 

Resha percaya ada aura hebat yang terpancar dari Pevita. Tak bisa dipungkiri ia sendiri kagum dengan Pevita. Pevita bukanlah cewek yang membutuhkan cowok sebagai tempatnya bersandar setiap saat. Ia butuh pendamping yang selalu ada untuk berbagi dan mendukungnya.

Pevita berbanding terbalik dengan Resha. Resha membutuhkan seorang cowok untuk menjadi sandarannya. Ia tak bisa berdiri sendirian. Ia butuh seseorang yang bisa menjaganya. Ia berharap Biru adalah orang yang tepat untuk menjadi sandarannya.

Dan orang yang tepat pula untuk menggantikan posisi Radit di hatinya...

***

"Mba Pevita.. Seat biasanya udah ada yang nempatin. Mba telat setengah jam nih." Ujar sang pelayan setelah kembali ke loby cafe. Pevita yang sejak tadi mengincar posisi pojok dekat taman pun mendadak kecewa.

"Yaudah deh mba saya moving aja ke deket deket situ..." Sahutnya sambil berusaha tersenyum.
"Mba Pevita kok sendirian? Gak sama temen temennya?" Tanya pelayan itu sembari mengambil menu dan mempersilahkan Pevita untuk mengikuti langkahnya.
"Iya.. Lagi pengen sendirian.."

Beberapa saat kemudian Pevita sudah duduk di depan MacBook-nya sembari mengerjakan dokumen serah terima jabatan Jurnalistik dengan segelas Ice Coffee-Avocado dengan float es krim vanila. Pevita beberapa kali menghela nafas setiap ia mengingat wajah Raka tadi siang. Ia lalu menyeruput minumannya.

Aku harus bagaimana sekarang? Pertanyaan itu terus memenuhi pikirannya  beberapa hari ini. Hatinya tak lagi bisa rasional. Siapa yang harus ia perjuangkan? Biru atau Raka?

Pevita menggeleng. Apa yang harus ia perjuangkan dari Biru? Bukan itu tujuannya kembali dekat dengan Biru. Entah kenapa hatinya tak rela jika Biru bersama Resha. Tapi ia sendiri lebih tak rela lagi jika Raka pergi meninggalkannya.

Pevita teringat perbincangannya dengan Iraz. Ia harus segera bicara pada Raka. Namun ia sendiri belum menemukan waktu yang tepat. Ia takut Raka malah marah dan benar benar pergi darinya. Hatinya kacau, ia tak tahu harus bagaimana.

Tujuan yang ada di otak dan keinginan yang ada di hati mulai tak sejalan.

Apa sebaiknya ia kembali pada Biru? Biru lebih mengerti dirinya dibanding Raka. Ia dan Biru sudah punya cerita yang jauh lebih panjang daripada Raka. Atas nama kenangan, Biru akan selalu menang. Biru mungkin bisa berubah jika Pevita membimbingnya..

Pandangan Pevita berlari kemana mana, ia ingin melupakan pikiran ini sejenak sehingga ia bisa mengerjakan tugasnya. Namun apa daya, hatinya malah semakin kacau dan mendadak kembali patah ketika matanya bertemu dengan dua sejoli yang sedang tertawa di meja pojok dekat taman.

Mereka berdua tampak bahagia di saat Pevita sedang sengsara. Pevita mengepalkan tangannya. Tak seharusnya ia percaya bahwa cowok itu benar benar menyesal dan masih menyayanginya. Tak seharusnya ia berharap cowok itu akan berubah. Tak seharusnya apa yang tak pantas diperjuangkan ia terus perjuangkan. Tak seharusnya ia malah meninggalkan apa yang sudah pasti di hadapannya.

Pevita merasa bodoh. Ia kecewa.

***

Biru menyeruput minumannya sembari membuka iPhone-nya yang bergetar. Satu pesan masuk dari Khansa Pevita Raisana di inbox SMS-nya. Ia tersenyum kecil.

Pevita Raisana (Mobile)

Jangan bilang ingin memperjuangkan kalau gak bisa memilih dan meninggalkan.

Biru tersedak ketika membaca pesan dari Pevita. Ia terbatuk batuk sembari ditepuki punggungnya oleh Resha. "Mangkanya pelan pelan kalo minum...."

Biru terus terbatuk sambil memandang ke sekitarnya. Pandangannya tertuju pada meja yang berada beberapa meter dari mejanya. Gadis itu sedang duduk sembari menatapnya dengan begitu kecewa.

Pevita kecewa lagi. Kecewa karenanya.

***

"Lo gak kangen apa sama Pevita?" Tanya Faldy pada Raka saat ia mengajukan jadwal acara STJ Bridge. Cowok itu terkekeh.
"Gak ada satu hari pun yang bisa gue lewatin tanpa gak mikirin dia..."
Faldy tersenyum, "gue seneng ada cowok yang bener bener sayang sama sahabat gue."
"Tapi kadang Pevita terlalu sulit untuk gue mengerti. Dia gak kayak cewek cewek lain. Dia punya ambisi. Dia punya semangat. Dia punya keinginan untuk gak bergantung sama seseorang. Itu yang bikin gue suka..."

"Rak.. Lo berani gak kalo harus nembak dia?"
Raka menggeleng, "gimana mau nembak kalo dia aja belum siap?"
"Biru mah gampang-" Raka memotong perkataan Faldy.
"Tapi gue juga punya hati. Gue gak mau di hati gue penuh sama Pevita sementara di hati dia masih ada Biru di antara ruangan Pevita untuk gue. Gue cuman penasaran apa sih yang terjadi antara mereka? Gue tahu ada yang Pevita rahasiakan dari gue."
"Well.. Apapun itu, lo harus percaya sama gue. Dia sayang sama elo."

"Gue juga sayang sama dia, Fal. Tapi gue butuh penjelasan. Gue butuh kebenaran."

***


Radityaperf201
Ghinaa Varesha Girsang:3

ghinaavaresha
Radit!! Sorry aku baru check skype hihi. Kapan pulang?


Radityaperf201
In two seconds! How's your life? Kamu baik baik aja kan manis...

ghinaavaresha
Seriously? I'll see you in second!:p I'm about fine, kamu pulang dong...

Radityaperf201
Kenapa, Resh? What he did to you?

ghinaavaresha
No, we're fine... Tapi sekarang aku ngebebasin dia.

Radityaperf201
Are you okay?

ghinaavaresha
I'm not sure. Aku takut dia balik sama Pevita..

Radityaperf201
Positive thinking dong, Resh.. Jangan mikir gitu terus.
Nanti kalo kejadian beneran gimana?

ghinaavaresha
And maybe I choose the wrong guy (again)

Radityaperf201
I thought maybe kamu yang salah memperlakukan dia...

ghinaavaresha
Enggak, masih cuman kamu yang paling baik sama aku.

Radityaperf201
Aku masih sayang sama kamu kok, Resh. Akan selalu sayang.
Tapi aku gak bisa sama kamu.

ghinaavaresha
I'm okay

***

Biru berkali kali mencoba menghubungi Pevita tetapi telponnya tak pernah dijawab. Biru mendesah. Ia cemas. Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang. Apa yang Pevita katakan memang benar. Ia memang salah.

Tak seharusnya ia bilang ia ingin memperjuangkan Pevita jika ia sendiri masih berusaha menyelamatkan hubungannya dengan Resha. Tapi ia tak bisa meninggalkan Resha.

Resha begitu manis sekarang. Resha benar benar gadis yang ia inginkan. Tapi Pevita.. Pevita juga tak bisa ia lewatkan begitu saja. Ia tak rela jika Pevita dimiliki oleh orang lain apalagi Raka. Ia yakin dirinya bisa membahagiakan Pevita.

Kepala Biru begitu pening. Semuanya berputar putar seakan akan ingin pecah.

Ia ingin lari meninggalkan semuanya. Ia tak ingin berada di tengah tengah pilihan seperti ini. Biru begitu bingung, siapa yang harus ia perjuangkan?

Pacarnya atau mantan pacarnya?




Maaf pendek banget.. Aku lagi sakit jadi pusing di depan laptop lama huhu. Btw aku masih bingung menentukan kelanjutannya. I need your opini! To be continued....

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.