Alice-Edward's Stupid Conversation: Things We Didnt Change
Ridho selalu tahu saat di mana gue sedang berantakan.
Banyak hal yang berubah setelah lebih dari setengah tahun setelah gue menulis our stupid conversation untuk terakhir kalinya. Banyak sekali..
Ridho sekarang jadi ketua eskul KIR sementara gue jadi ketua vokal di SGV. Kita punya banyak rencana yang pada akhirnya berubah seiring dengan berjalannya waktu. Kita berhasil meraih apa yang kita inginkan sesuai dengan porsi yang diberikan oleh Allah SWT.
Dia banyak berubah. Bahkan teramat banyak sampai gue pernah menangis ketika suatu hari, saat rapat kerja organisasi di sekolah, dia maju ke depan dan bicara di depan umum. Dia begitu percaya diri. Dia lancar dan bisa tersenyum lebar. Dia, wakil ketua OSIS gue 3 tahun yang lalu, telah berkembang pesat dalam teknik bicara di depan umum. Dia jauh lebih percaya diri dari 5 tahun yang lalu saat gue pertama kali bertemu dengan dia.
Gue banyak berubah. Gue sudah lebih bisa menghargai, mensyukuri dan bersabar dalam kehidupan ini. Gue sempat melalui fase jatuh bangun yang di samping gue ada Ridho. Dia selalu mendukung gue tanpa kata, tanpa gerak, tanpa basa basi.
Dia, gue, Alice-Edward, kami selalu ada. Hanya mungkin berubah, bertumbuh dan berkembang sesuai berjalannya waktu...
Ridho bahagia sama Dara, pacarnya. Masih setia dan selalu sama dia. Alhamdulillah kali ini dia pacaran dengan sangat langgeng, gue sangat bersyukur. Meskipun gue sama Dara gak pernah bicara, tapi mungkin lebih baik kami seperti ini. Gue gak mau bikin Dara ngerasa cemburu atau melihat gue over protect pada Ridho, sementara gue juga gak mau ngerasa risih gara gara dicemburuin pacar sahabat gue saat gue sedang bersama sahabat gue (complicated statement).
Gue dan Ridho tidak banyak bicara, hanya sesekali, tidak terlalu sering. Tapi hal yang selalu bikin gue merasa bersyukur adalah di hari ulang tahun gue yang ke 17. Gue gak berhenti minta "nasi tuimpeng" sama dia sejak 3 bulan sebelumnya dan dia selalu ngungkit itu, as in kayak godain gue atau apapunlah.
Saat semua sahabat sahabat gue dateng ke kelas gue ngasih tumpeng, Ridho menghilang dan gue nangis di koridor kelas dia. Gue bilang, "kok Idho jahat.. Kenapa dari semua sahabat sahabat Titi cuman Idho yang gak ada disini..."
And he run.
Semua hal ini menunjukkan pada gue bahwa persahabatan bukan berarti harus chat setiap saat, selalu cerita semua hal, selalu ada, selalu bareng bareng. Sahabat adalah rumah kita. Orang yang selalu memaafkan setiap kekhilafan kita, memaklumi sikap buruk kita, gak capek untuk ingetin kita.
Hari ini gue sama Ridho bicara.. Tidak terlalu banyak, tapi cukup membuat gue tersenyum kecil.
Banyak hal yang berubah setelah lebih dari setengah tahun setelah gue menulis our stupid conversation untuk terakhir kalinya. Banyak sekali..
Ridho sekarang jadi ketua eskul KIR sementara gue jadi ketua vokal di SGV. Kita punya banyak rencana yang pada akhirnya berubah seiring dengan berjalannya waktu. Kita berhasil meraih apa yang kita inginkan sesuai dengan porsi yang diberikan oleh Allah SWT.
Dia banyak berubah. Bahkan teramat banyak sampai gue pernah menangis ketika suatu hari, saat rapat kerja organisasi di sekolah, dia maju ke depan dan bicara di depan umum. Dia begitu percaya diri. Dia lancar dan bisa tersenyum lebar. Dia, wakil ketua OSIS gue 3 tahun yang lalu, telah berkembang pesat dalam teknik bicara di depan umum. Dia jauh lebih percaya diri dari 5 tahun yang lalu saat gue pertama kali bertemu dengan dia.
Gue banyak berubah. Gue sudah lebih bisa menghargai, mensyukuri dan bersabar dalam kehidupan ini. Gue sempat melalui fase jatuh bangun yang di samping gue ada Ridho. Dia selalu mendukung gue tanpa kata, tanpa gerak, tanpa basa basi.
Dia, gue, Alice-Edward, kami selalu ada. Hanya mungkin berubah, bertumbuh dan berkembang sesuai berjalannya waktu...
Ridho bahagia sama Dara, pacarnya. Masih setia dan selalu sama dia. Alhamdulillah kali ini dia pacaran dengan sangat langgeng, gue sangat bersyukur. Meskipun gue sama Dara gak pernah bicara, tapi mungkin lebih baik kami seperti ini. Gue gak mau bikin Dara ngerasa cemburu atau melihat gue over protect pada Ridho, sementara gue juga gak mau ngerasa risih gara gara dicemburuin pacar sahabat gue saat gue sedang bersama sahabat gue (complicated statement).
Gue dan Ridho tidak banyak bicara, hanya sesekali, tidak terlalu sering. Tapi hal yang selalu bikin gue merasa bersyukur adalah di hari ulang tahun gue yang ke 17. Gue gak berhenti minta "nasi tuimpeng" sama dia sejak 3 bulan sebelumnya dan dia selalu ngungkit itu, as in kayak godain gue atau apapunlah.
Saat semua sahabat sahabat gue dateng ke kelas gue ngasih tumpeng, Ridho menghilang dan gue nangis di koridor kelas dia. Gue bilang, "kok Idho jahat.. Kenapa dari semua sahabat sahabat Titi cuman Idho yang gak ada disini..."
And he run.
"Titi.. Idho lolos lomba KIR..."
Gue nangis.
Semua hal ini menunjukkan pada gue bahwa persahabatan bukan berarti harus chat setiap saat, selalu cerita semua hal, selalu ada, selalu bareng bareng. Sahabat adalah rumah kita. Orang yang selalu memaafkan setiap kekhilafan kita, memaklumi sikap buruk kita, gak capek untuk ingetin kita.
Hari ini gue sama Ridho bicara.. Tidak terlalu banyak, tapi cukup membuat gue tersenyum kecil.
Ridho selalu tahu sikap buruk gue. Gue gak pernah bisa menyembunyikan kebencian gue. Ketika gue udah gak suka sama seseorang, sikap gue jadi berubah malesin dan bikin orang itu juga males sama gue. Gue gak bisa nahan rasa gak suka gue.
Kali ini semua terjadi antara gue dan Kesatria.
Ridho tersenyum tipis, "kenapa sih dari dulu kebiasaan deh.. Tiap Titi suka sama orang, terus jadi gak suka lagi, pasti benci gitu terus jadi ngebetein. Ya orangnya juga jadi bete sama kamu kalo kamu sikapnya gitu."
"Yaelah Du..." Gue cuman bisa ketawa.
"Coba deh kamu biasa aja.... Jangan gitu, gak baik."
Ridho tahu betul gue sedang dalam keadaan berantakan, tapi gue gak mau membawa dia dalam segala keberantakan gue. Gue cuman butuh dia mendengarkan dan dia ada.
Dia membuat gue lebih menghargai arti Alice-Edward.
Dari segala hal yang berubah, baik fisik, sikap dan mental kita, ada hal yang akan selalu sama dan gak pernah berubah. Persahabatan kita dan Alice-Edward things, saling tahu cerita masing masing, saling paham dan saling maklumi sikap masing masing.
Gue sudah hapal betul sikap jelek Ridho dan Ridho pun begitu. Things might be changed but our friendship, our Alice-Edward-ship wont change. I promise.
"Ti.." "Apa Dho?" "Tadi kan Idho gak olahraga, di pinggir lapangan aja kan.. Eh ada ade kelas ngomong gini, 'eh dia gak olahraga ya..' 'iya takut panas, dia vampir mangkanya kaya gitu' wah ketauan coba Ti.." :"}}
Dear Muhammad Rasyid Ridho, Edward Cullen-ku, calon Fakultas Kedokteran Unpad (yang berakhir menjadi dokter idaman mertua, terserah lo ya) atau apapun jurusan lo nanti di ITB... Apapun ya, gue akan mendoakan...
Terima kasih sudah mengerti, terima kasih sudah memahami. Maaf gue seperti ini, maaf gak bisa jadi sahabat yang baik. Gue sangat bahagia karena setiap lo di atas atau di bawah lo selalu punya waktu buat cerita ke gue. Setiap gue jatuh atau mulai bangkit, sedang berusaha atau sudah berdiri kokoh, lo selalu punya waktu buat dengerin gue cerita.
Gue bukan orang baik, Rasy. Gue tahu itu. I've gave so much trouble between us. Tapi terima kasih selalu menjadi Edward yang membela Alice-nya, selalu memaafkan Alice yang bikin malu mulu hahahahaha.
Alhamdulillah, hari ini sekali lagi, kamu mengingatkan aku arti kehidupan. Aku sangat bersyukur......
Semangat cadok!
xoxo, calon psikolog,
Mary Alice Brandon Cullen.
Note: Mau mirror selfie tapi kejauhan, jadi gitu. Yaudah yha. BHAAAAAY!
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}