Question of The Week: Sudah merelakan?
Semenjak gue pulang ke Cirebon, gue mencoba untuk menyibukkan diri gue. Main sama temen temen gue dan jalan jalan salah satu cara biar gue gak terpaku sama aplikasi chat dan berpikir, "kenapa ya dia gak chat gue?"
Setiap harinya gue selalu mimpiin orang yang sama, bahkan sampai detik ini gue cerita pun kemarin malam gue masih memimpikan dia. Gue berusaha keras untuk membereskan hubungan gue sama dia, tapi semakin gue beresin semakin kita berantakan -semakin gue berantakan. Ketika gue tersadar, dia udah bahagia sama hidupnya, dengan teman teman barunya. Bukan, bukan gue merasa gak senang, gue malah seneng banget liat dia sekarang lebih happy. Tapi......
Tapi apa semudah itu melupakan semua hal yang udah sering kami lakukan?
WKWKWK. Geli gue nulisnya tolong dong:{
Lalu setelah 4 minggu full dengan cerita galau di mana mana, mencoba healing diri dengan sok sok kelihatan bahagia atau doain dia supaya dia bahagia.. DAN SEMUANYA GAK BERHASIL! Sampai akhirnya gue menemukan cara lain..
Gue berusaha memotivasi orang lain dan healing orang lain.
Gue gak ngerti sih kenapa, tapi hal ini sangat membantu gue untuk menyembuhkan hati gue sendiri. Ngeliat orang jadi bangkit, jadi semangat, jadi mau melakukan sesuatu membuat gue lupa sama rasa sakit gue. Lama-lama gue jadi kayak.. Ya biasa aja.
Ada dia nih.. Ya biasa aja.
Gak sih, gak biasa biasa amat juga HAHA. Tapi yaudahlah...
Yaudah.
Gue percaya bahwa gak semua hal yang kita perjuangkan akan berakhir sesuai dengan apa yang kita inginkan. Gue juga percaya bahwa pada akhirnya kita akan menemukan titik dimana sudah waktunya kita untuk berhenti, bukan karena kita gak mau berusaha lagi atau dia udah gak pantas lagi, tapi biarkan saja Tuhan dan semesta yang menentukan apakah kami bisa baik baik lagi atau enggak.
Gue sih belum bisa bilang kalo ini adalah cara merelakan gue, jujur gue belum rela kok. Belum rela dalam artian kenapa ya gue harus ketemu sama elo, kita punya hubungan yang cukup manis dan booms we're just done? Tapi gue sampai pada titik dimana..
Gue punya kehidupan, dia juga. Gue punya teman teman, dia juga. Gue punya kerjaan segunung, dia juga.
Gue punya hak untuk bahagia, dia juga.
Dan dia punya hak untuk memilih siapa yang bisa dia bagikan kebahagiaannya, seperti gue juga.
Ini bukan bullshit tapi cobalah lo liat keluar, lihat ke langit dan bilang begini, "hai, apa kabar? Semoga kamu baik baik aja, karena aku juga baik baik aja."
Mungkin belum sepenuhnya merelakan, tapi setidaknya sedang proses. Gakpapa kan?:)
Setiap harinya gue selalu mimpiin orang yang sama, bahkan sampai detik ini gue cerita pun kemarin malam gue masih memimpikan dia. Gue berusaha keras untuk membereskan hubungan gue sama dia, tapi semakin gue beresin semakin kita berantakan -semakin gue berantakan. Ketika gue tersadar, dia udah bahagia sama hidupnya, dengan teman teman barunya. Bukan, bukan gue merasa gak senang, gue malah seneng banget liat dia sekarang lebih happy. Tapi......
Tapi apa semudah itu melupakan semua hal yang udah sering kami lakukan?
WKWKWK. Geli gue nulisnya tolong dong:{
Lalu setelah 4 minggu full dengan cerita galau di mana mana, mencoba healing diri dengan sok sok kelihatan bahagia atau doain dia supaya dia bahagia.. DAN SEMUANYA GAK BERHASIL! Sampai akhirnya gue menemukan cara lain..
Gue berusaha memotivasi orang lain dan healing orang lain.
Gue gak ngerti sih kenapa, tapi hal ini sangat membantu gue untuk menyembuhkan hati gue sendiri. Ngeliat orang jadi bangkit, jadi semangat, jadi mau melakukan sesuatu membuat gue lupa sama rasa sakit gue. Lama-lama gue jadi kayak.. Ya biasa aja.
Ada dia nih.. Ya biasa aja.
Gak sih, gak biasa biasa amat juga HAHA. Tapi yaudahlah...
Yaudah.
Gue percaya bahwa gak semua hal yang kita perjuangkan akan berakhir sesuai dengan apa yang kita inginkan. Gue juga percaya bahwa pada akhirnya kita akan menemukan titik dimana sudah waktunya kita untuk berhenti, bukan karena kita gak mau berusaha lagi atau dia udah gak pantas lagi, tapi biarkan saja Tuhan dan semesta yang menentukan apakah kami bisa baik baik lagi atau enggak.
Gue sih belum bisa bilang kalo ini adalah cara merelakan gue, jujur gue belum rela kok. Belum rela dalam artian kenapa ya gue harus ketemu sama elo, kita punya hubungan yang cukup manis dan booms we're just done? Tapi gue sampai pada titik dimana..
Gue punya kehidupan, dia juga. Gue punya teman teman, dia juga. Gue punya kerjaan segunung, dia juga.
Gue punya hak untuk bahagia, dia juga.
Dan dia punya hak untuk memilih siapa yang bisa dia bagikan kebahagiaannya, seperti gue juga.
Ini bukan bullshit tapi cobalah lo liat keluar, lihat ke langit dan bilang begini, "hai, apa kabar? Semoga kamu baik baik aja, karena aku juga baik baik aja."
Mungkin belum sepenuhnya merelakan, tapi setidaknya sedang proses. Gakpapa kan?:)
Jangan suka nulis yang galau-galau, kan saya jadi sedih. Hehehe
BalasHapusRelakan aja apa yang memang pantas untuk direlakan.
;)
Hapus