Day and Night: Eunoia

   


No matter if you think about the situation or not
There's no chance
If there was a way to make it better
We would already found

- Stop by Day6


***

Kenapa masa lalu sering muncul di saat-saat kita pikir kita sudah melupakannya?

Maka ketika Yuna berlalu meninggalkan tempat tunggu Juna, laki-laki itu hanya bisa termenung sambil memperhatikan mic yang ada di tangannya. Kenapa juga dia menerima tawaran kerja sebagai MC hari ini? Harusnya dia hanya fokus pada karier aktingnya. Kenapa pula harus Yuna yang tampil di acara ini dari jutaan girlband di dunia? Seharusnya kan bisa yang lain.

Seharusnya Juna tidak bertemu dengan perempuan itu lagi.

Ketika Juna sedang sibuk mengutuk dirinya sendiri, Keenan, temannya menghampiri Juna sambil membawa dua gelas ice americano. Juna tidak menggubris Keenan meski laki-laki itu memanggilnya berkali-kali. Hingga akhirnya Keenan menyebutkan nama terlarang itu.

"Mikirin Yuna?" tanya Keenan lempeng.

Juna sontak mengangkat kepalanya dan menatap laki-laki yang berbeda hampir dua tahun di atasnya itu. Sambil meraih segelas ice americano di tangan kanan Keenan, ia pun berujar, "akhlak lu nol ye di rapot, Nan?" 

"Bang, Juna. Pake Bang. Elo yang nggak berakhlak!" seru Keenan sambil menoyor Juna pelan, "lagian ini karma woi, habis ngata-ngatain gue sih kemarin."

"Ye ye ye.." ucap Juna mencibir kalimat Keenan, "lo kan tau Nan -eh, Bang, kalo gue nggak percaya karma. Soalnya gue anak baik, suka solat lagi."

"Sampah hahaha." Tawa Keenan meledak seketika, "udah berapa lama putus dari Yuna?"

"Lo pernah nggak sih berada di momen di mana harusnya lo udah lupa tapi otak sialan lo itu selalu inget even every details on the event?"


Keenan mengangguk, "paham. Sama aja kayak gue liat Laras. Ngehe, kesel banget aing. Jadi inget udah malem-malem gue ujan-ujanan, sampe kosan malah liat orang pelukan."

"Kasus lo sama Laras mah emang murni lonya yang lemot kayak keong," cibir Juna.

"Sialan lo!"

Juna menyeruput minumannya kemudian berkata, "kasus gue sama Yuna mah istimewa. Padahal namanya udah bagus, jir. Yuna-Juna."

"Terus kenapa pisah?"

"Karena udah nggak bisa lagi. Daripada di masa depan malah lebih nyakitin satu sama lain, mending pisah dari sekarang. Udah setengah tahun sih, tapi damage-nya masih kerasa pas tadi dia nanya apa kabar gue dan Abang gue. Perkara dia tau ceweknya Abang gue udah nikah sama cowok lain, ah elah, kenapa sih masih peduli aja, Yun?!"

"Aneh," ujar Keenan keheranan, "kalo masih sayang kenapa harus pisah?"

"Gue pribadi juga sempet mempertanyakan hal yang sama ke Yuna sampai akhirnya gue ngerasain sendiri, kepribadian dan keinginan kami sama-sama nggak cocok. Gue udah cari banyak cara buat menyelamatkan, tapi emang beberapa cerita harus diudahin aja."

"Oh..." Keenan mangut-mangut sendiri berusaha memahami, "ternyata masih banyak konsep cinta yang nggak gue pahami. Kalo gue tipikal yang gas terus sampe mampus sih, Jun. Tapi konsep lo keren juga."

"Kalo digas sampe mampus, kenapa lo nggak kejar Laras lagi waktu itu?"

Skakmat. Keenan membenarkan rambutnya sambil mengulum bibir; sebuah kebiasaan saat ia terjebak pada pertanyaan tanpa jawaban. 

"Kenapa ya? Mungkin gue capek dan akhirnya menyerah kejar Laras. Salah gue sih sampai setahun nge-keep cewek kayak gitu di zona nyaman tanpa kepastian. But I don't know how to fix it since she chose my friend instead. Kayak semua pintunya udah ketutup. Tapi ternyata awal tahun ini gue ketemu Kalila. Gue kira gue akan ngabisin waktu dengan galauin Laras sampe mampus. Hahaha. Rencana Tuhan emang nggak ada duanya."


Dengan kedua manik mata penuh harapnya, Juna menatap Yuna yang sedang bernyanyi di atas panggung dengan lincahnya. Ia kemudian berujar, "semoga gue juga begitu ya."

Tidak ada komentar:

Leave me some comment! Thank you, guys:}

Diberdayakan oleh Blogger.