If This Was a Movie chapter 11
Greyson, apa kabar? Sudah lama aku tidak melihat kamu main Perang Semut lagi.
Aku harap, kamu baik baik saja. Seperti aku yang mulai baik baik saja menulis ITWAM sambil flashback tentang kita, kita yang dulu. Kita yang masih rusuh bareng.
***
![]() |
Cerita sebelumnya.... |
“Kau yakin dengan pilihanmu, Dam?” bisik Megan tak percaya
ketika melihat Adam tengah sibuk menyiapkan gitarnya. Adam menarik nafas
panjang, mengatur raut wajahnya lalu berbalik menghadap Megan. “Oh come on, Megan. Are you kidding me?
Masa iya sudah sejauh ini persiapanku dan aku belum yakin. Don’t worry about it, I’ll be fine.” kata Adam mencoba meyakinkan.
Megan
menghela nafas. “You’re not pretending,
right?” tanyanya pelan.
“Hahaha, pretending? What for?”
“Don’t try to hurt yourself, Dam. I know you
–so well.”
“And I know me too. Hahahahaha.” sahut
Adam sambil tertawa.
“Be serious, it’s not funny at all.”
kata Megan sambil memegang lengan Adam. Adam tersentak lalu memegang tangan Megan
sambil tersenyum. “I’m serious. I’ve
decided.”
“Ah, please Adam. Don’t be a stupid boy.
Pikirkan lagi!”
“Apalagi
yang harus kupikirkan?”
“Ya..
Itu! Mackenzie, Maddi. Jangan buru buru.”
“Kau
sebenarnya mendukungku dengan siapa sih?”
“Ah,
entahlah.”
“Yasudah,
biarkan aku memilih. Kalau tidak suka, it’s your problem, Gan.”
“Astaga…….
Jangan nekat, salah satu diantara mereka akan terluka!”
“Dan
jika aku tidak memilih, kemungkinan dua duanya juga akan terluka. Aku tidak
bisa menyelamatkan dua hati sekaligus, Megan!”
“Tapi
jangan mencoba menjadi pahlawan dengan mengorbankan hatimu!”
“Tidak,
aku tidak berkorban apapun. Ini yang aku mau.”
Megan
menghela nafas. Adam menatapnya dengan tatapan seriusnya. Megan sendiri bingung
mendukung Adam dengan Maddi atau Mackenzie. Ia sendiri bingung siapa yang lebih
baik bagi Adam. Megan menatap Adam lalu mengalihkan padangannya dari wajah
Adam.
“Aku..
Aku bingung yang mana yang baik untukmu. Aku hanya ingin kau bahagia…”
“Megan…”
“Ah,
tapi sudahlah. Aku percaya, apapun pilihanmu kau bisa bertanggung jawab dan kau
akan bahagia kan? Iya kan? Aku akan mendukung apapun pilihanmu. Tapi
berjanjilah bahwa apapun yang terjadi, kau akan tetap baik baik saja..” kata
Megan lirih.
Adam
mengangguk lalu tersenyum sumeringah. “Calm
down, everythings will be alright.Trust me. I promise, Megan…” katanya
sambil merangkul sahabatnya itu.
***
Greyson
menatap bungkus kado biru itu dengan tatapan aneh, menyelidik sekaligus tak
percaya. Maddi yang berdiri tepat di hadapannya tersenyum tipis dengan tatapan
harap harap cemas. Hatinya dagdigdug tak karuan melihat Grey yang tak kunjung
bereaksi.
“Ah, sorry kalau kamu gak suka bungkusnya,
nanti akan aku ganti…” kata Maddi pelan.
Greyson
tersentak lalu tertawa kecil. “Ngomong apa kamu, ini bagus. Aku suka sekali.”
katanya sambil menatap Maddi. Mata Maddi langsung berkilauan dan senyumnya
khasnya langsung terbentuk di wajah mungilnya. “Ah, syukurlah kalau begitu…”
“Hehehe,
sebenarnya kau tak perlu repot repot, Madd.”
“Ugh, tidak
kok! Ayo dong dibuka, aku harap kau menyukai isinya!” seru Maddi dengan wajah
sumeringah. Angin seakan menari di sekeliling Maddi mendukung bulu kuduknya
untuk berdiri. Ia sangat penasaran sekali dengan reaksi Greyson. Greyson lalu
membuka bungkus kado itu perlahan lahan.
Ia tersentak
melihat apa dibungkus oleh kertas kado biru itu, mouse biru dengan amplop surat
putih di dalamnya. Ia mengambil mouse itu lalu tersenyum kecil. Greyson benar
benar kehilangan kata kata, bahkan untuk mengucapkan kata terima kasih pun ia
lupa bagaimana caranya. Siapa sih yang tidak akan merasa senang ketika orang
yang disayangi memberikan kado ketika kalian bertambah usia?
Maddi menatap
Greyson hati hati. Greyson masih tersenyum sambil memandangi mouse biru yang
Maddi berikan tetapi dia tak mengatakan apapun. Ketika Maddi membuka mulutnya,
Greyson pun melakukan hal yang sama. Mereka tertawa bersama dengan pipi yang
tersipu malu.
“Hahaha, kau
duluan, Madd.”
“Tidak, kau
saja…”
“Aih, kau kan
cewek. Aku harus mengalah padamu.” Kata Greyson dengan suara lembut.
“Ugh,
bagaimana? Kau suka? Aku harap kau suka dan akan memakainya. Aku mencari yang
berwarna biru sesuai dengan warna kesukaanmu. Aku tidak mau tahu kau harus
memakainya dan jangan sampai dibuang dan kalau….” Greyson tertawa lalu menaruh
jari telunjuknya di depan bibir Maddi. “Sst, aku sudah tau, Maddi. Aku
menyukainya. Oke, akan aku pakai. Terima kasih, Maddi…”
Maddi menahan
nafas. Senyuman Greyson benar benar memikat dan lagi lagi ia selalu kehabisan
kata kata ketika Greyson tersenyum dan menatapnya seperti itu. “Ah ya, mau
keliling taman lagi?” tanya Greyson pelan. Maddi mengangguk lalu mereka pun
berjalan berdampingan.
Bukan hanya
Maddi Kristie Jane saja yang merasa bahagia sekali di hari terakhir Study Tour
Vanda Sinathrya di Valencia Senior High School, tapi Adam pun juga. Di sisi
lain taman Valencia, ia sedang menunggu kehadiran orang yang akan menempati
posisi nomer satu di hatinya, Mackenzie Foy.
Adam kini
benar benar yakin dan sudah mantap untuk melangkah meninggalkan masa lalunya. Ia
sudah memilih dan pilihan itu harus ia jalankan apapun resikonya. Walaupun jika
kau menanyakan kejujuran darinya, ia pasti akan menjawab ia tidak bisa
meninggalkan perasaannya pada Maddi begitu saja. Tapi dia harus bisa dan mau
melakukannya. Demi kebaikannya, Maddi dan juga Mackenzie.
Terkadang,
ketika kamu telah mencintai seseorang dengan perasaan yang tumpah ruah dan kamu
harus dihadapkan pada kenyataan bahwa kamu tidak bisa memilikinya bahkan jika
ia mencintaimu juga, kamu harus benar benar mundur dan melupakan semuanya. Kamu
harus melepasnya. Melepas seseorang yang dicintai memang tidak semudah ketika
kamu memulai untuk mencintainya. Tapi jika kamu punya keyakinan yang teguh,
mengapa kamu tidak mencobanya?
Adam kini
sudah menutup pintu menuju kenangan cintanya bersama Maddi. Ia harus mengunci
rapat pintu itu supaya tidak akan pernah terbuka lagi. Jika ia mampu, ia ingin
sekali membuang pintu dan ruangan berisi kenangannya dengan Maddi dari hatinya
supaya ia tidak akan teringat lagi akan cintanya dengan Maddi. Tapi jika mampu
pun, mungkin ia tidak akan melakukannya.
Adam membiarkan
pintu itu tetap ada supaya ia tetap bisa mengingat bahwa ia pernah mencintai Maddi lebih dari sekedar sahabat. Hal itu ia lakukan supaya suatu
saat nanti, ketika hatinya tak serapuh sekarang, ketika ia benar benar bisa
mengkontrol hatinya lagi, ia bisa membuka sedikit pintu itu untuk mempelajari
masa lalu supaya ia tidak melakukan kesalahan yang sama di masa mendatang.
Kini Maddi
dan Greyson yang sedang asyik membicarakan game
kesukaan Greyson tanpa sadar berjalan menuju salah satu sisi taman Sinathrya
dimana Adam akan menyatakan cintanya pada Mackenzie setelah sekian lama
hubungan mereka tak memiliki kepastian. Sisi taman itu memiliki panggung kecil
dengan beberapa baris kursi penonton dan air mancur cantik.
“Madd, kau
lihat deh kesana. Kenapa ramai sekali anak anak Sinathrya?” tanya Greyson heran
ketika ia melihat ke arah panggung tersebut. Maddi menggeleng tanda tak tahu
tapi matanya berputar putar mencari informasi. Tiba tiba Cameron sudah berdiri
di depan Maddi dan Greyson sambil membawa Canon D7 nya.
“Ash, Maddi
Kristie, where have you been?” tanya Cameron dengan mimik wajah lega. Maddi mengangkat
alisnya heran lalu melirik ke arah Greyson. “Walking around here with Greyson,
what happened?” tanya Maddi. Cameron lalu melihat ke arah Greyson dan melihat
tangan Greyson yang membawa bungkus kado yang sudah terbuka. Ia lalu tertawa
kecil lalu menepuk pundak Greyson.
“Ugh, Greyson.
You know what? Maddi sudah mempersiapkan kadomu dan ia meminta Megan
membungkuskannya, lalu ia berfikir bahwa jika bukan dia yang membungkusnya kado
itu jadi tidak istimewa lagi jadi ya, dia membungkusnya dan jadi tak karuan
seperti itu!” cecar Cameron.
Maddi tersentak
lalu menatap Cameron dengan tatapan mengerikan yang ia miliki. “Ash, what are
you talking about, huh!” serunya sambil menendang kaki Cameron. Cameron
mengelus kaki kirinya sambil mengerang kesakitan lalu menatap Maddi jahil, “ah
don’t be shy, Maddi. Aku hanya memberi tahu Greyson yang sebenarnya.” kata
Cameron pelan. “Shit, Cammm!” seru Maddi.
Greyson tertawa
lepas. Ia tertawa sambil mencoba menutupi wajahnya yang sudah memerah. Ia benar
benar tak menyangka Maddi sampai seperti itu. Memang benar sih jika bukan Maddi
yang membungkusnya, kado itu mungkin tak seistimewa ini. Tapi…
“Ugh,
Greyson! Wajahmu memerah. Kau menyukai Maddi-ku kan?”
“Aish, what
are you talking about! Astaga!”
Greyson
tersentak. Ia melihat wajah Maddi yang memerah. Mungkin Maddi memang benar
benar menyukainya. Mungkin ia tidak perlu menunggu lebih lama lagi untuk mendapatkan
kepastian dari Maddi. Greyson rasa, semua yang Maddi lakukan sudah lebih dari
cukup untuk menunjukkan perasaannya pada Grey.
Greyson kini
mulai yakin tak perlu lagi ia meragukan Maddi. Ia tidak akan dikecewakan lagi
untuk ketiga kalinya. Ia tidak akan diputuskan lagi untuk ketiga kalinya. Ia yakin,
Maddi juga mencintainya seperti ia mencintai Greyson.
Greyson tak
perlu menunggu lagi. Ia harus secepatnya menyatakan perasaannya pada Maddi. Tapi
kapan? Greyson lalu tertawa kecil dan memasang senyum stay cool-nya.
“Ugh,
bagaimana ya.. Apa kau merasa aku menyukaimu, Madd?” tanya Greyson pelan.
Ugh! Tatapan itu lagi! seru Maddi dalam
hati. Maddi bergumam kecil, lalu ia menatap Greyson. “Aduh, siapa sih yang
tidak jatuh hati padaku…” katanya mencoba mengalihkan suasana canggung yang
ada. Greyson dan Cameron tertawa bersamaan.
“Ah, kau
terlalu percaya diri!” seru Cameron.
“Sama
sepertimu kan, Cam?” tanya Maddi sambil mengedipkan matanya. Cameron menatap
jijik gadis itu lalu melihat ke belakang dan menatap Maddi dengan wajah super-excited. Mungkin tatapan itu bisa
disebut extra-super-excited.
“Anyway ya! It’s
happening now, Madd!” serunya exicted.
“What?” tanya
Maddi dan Greyson bersamaan.
“Ah, itu! Terjadi
akhirnya! Setelah sekian lama!” seru Cameron. Maddi memutar otaknya lalu
teringat pembicaraan terakhirnya dengan Cameron dan Adam. Jangan jangan…
“AH YEAAAAAH!
SO YOU’RE M’S NEW BOYFIE, RIGHT?!” tanya Maddi dengan suara keras. Cameron cepat
cepat menutup mulut gadis itu. “Ah, M? Who’s her?” tanya Greyson heran.
“Aduh,
Maddi-ku. No! Bukan itu!” seru Cameron panik. Maddi menatap Cameron kesal
setelah Cameron tak lagi menutup mulutnya. “So, what happened?” tanya Maddi. Saat
Cameron baru akan membuka mulutnya, tiba tiba Megan datang dari belakang dan
memukul pundak Cameron.
“Where have
you been, idiot? Acaranya sudah dimulai. Dia sudah datang!” seru Megan.
“Ugh, sorry. Gadis
ini membuatku kesal, lama sekali dia berfikir..”
Maddi menatap
kedua sahabatnya kesal. “Ash, stop it!” seru Maddi. “Ingat, gadis ini kalau
sudah mengamuk bahaya lho…” kata Greyson sambil menatap Megan dan Cameron
jahil. Megan mendengus pelan lalu meninju bahu Greyson.
“Ah, Maddi. I’m
so sorry. Kau menghilang sih seharian ini, jadi ketinggalan berita.”
“Iya, Maddi. Duh
ayo segera kita kesana!” seru Cameron sambil menarik tangan Maddi. Maddi menghentakan
kakinya lalu melepaskan tangannya dari genggaman Cameron. Ia benar benar marah.
“Why aren’t
you tell me what happened here and we can go there as soon as I know what
happened? Can you just stop the way you look at me like I’m an idiot girl? I
just don’t know what happened here, at least I’m not stupid like you, Cam!” serunya
dengan bicara terburu buru.
Cameron dan
Megan tertawa bersama sama. “Kau benar Grey! Hahaha.”
“Tuhkan,
tidak percaya padaku sih. Memangnya ada apa?”
“Tell me,
now!” seru Maddi tak sabaran.
“Astaga,
Maddi-ku. Kau tak perlu marah. Ini hari bahagia bagi kita.”
“Kita siapa?”
“Kita –aku,
kau, Adam dan juga Cameron.”
Maddi
tersentak kaget. “Kau main judi lagi ya, Cam?!” tanya Maddi kesal.
“Aku hanya
bermain poker tanpa taruhan astaga Maddi!”
“Ugh, sorry
then.”
“Ya… Jadi…..
Adam akan menyatakan cinta pada Mackenzie hari ini.” kata Megan pelan. “Tepatnya
meminta Kenzie menjadi pacarnya!” lanjut Cameron. “Ini benar benar berita
bahagia bagi kita kan?” tanya Megan ceria.
“Ah? Yang benar?
Hahaha akhirnya mereka jadian juga!” seru Greyson.
“Betul
sekali! Kita tunggu apa lagi, ayo kesana!” ajak Megan. Megan, Cameron dan
Greyson berjalan bersamaan sementara Maddi tertinggal dibelakang. Ia tak bisa
bicara, tak bisa berfikir bahkan tak bisa bernafas dengan baik. Lututnya lemas
sekali, ia tak bisa berjalan. Entah mengapa, hatinya begitu sakit, seperti
tersayat sayat.
Mungkin karena
hatinya yang baru disatukan oleh Greyson sudah diretakkan lagi oleh Adam.
To be continued....
Penasaran? Mau lanjutannya? Mention yang banyak ke @rizkirahmadania :p
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}