[SHORT STORY] Long Distance
Distance means nothing when someone means everything.
Do you agree?
***
Bahkan jarak tak akan pernah bisa memutuskan perasaan dua
orang yang saling mencinta, walaupun waktu dan keadaan memaksa.
“Sissy! Aku senang akhirnya kamu datang
lagi. Aku kira kita tak akan pernah bertemu lagi…” kata Reinerre dengan diselingi
tawa kecil khasnya. Sissy hanya tersenyum kecil lalu mengangguk.
“Iya, aku juga sempat khawatir kalo
nanti gak bisa ketemu Reinerre lagi..” sahut Sissy dengan kedua pipi cabinya
yang memerah. Sambil mengemudi, Rei berkali kali melirik ke arah gadis cantik
yang berbeda 1 tahun darinya itu.
“Aku aneh ya?” tanya Sissy ketika ia
sadar lelaki yang selama 1 tahun penuh ini ia fikirkan berkali kali meliriknya.
Reinerre terkekeh lalu menggeleng, “enggak kok. Mungkin aku aja yang belum
terbiasa sama Sissy yang sekarang.”
Sissy memandang Reinerre heran, “apa
aku berubah banyak?” tanyanya penasaran. Mimik wajah Reinerre langsung berubah,
sedikit jail namun seperti sedang
berfikir keras. “Hmm… Seperti apa yang kamu lihat saja, Sy.”
“Ih! Apa bedanya sih? Cecillia
Priscilla yang sekarang tetaplah Cecillia Priscilla yang dulu. Tetap baik,
ramah, senang makan bakpao dan….” Sissy langsung menutup mulutnya. Dalam
hatinya ia langsung komat kamit, hampir saja ia mengatakan hal yang akan
membuat suasana menyenangkan ini bisa menjadi canggung. Hampir saja, nyaris.
“Dan? Hahaha kurasa Sissy semakin
cantik saja. Lebih tinggi daripada yang dulu, rambutmu juga panjang sekali
sekarang. Aku hampir tak mengenali ketika melihatmu di bandara tadi..” kata
Reinerre sambil tertawa. Pipi Sissy langsung memerah saking senangnya. Siapa
sih yang tidak akan senang jika dipuji oleh orang yang selama ini didambakan?
“Terima kasih, aku tahu kalau aku
cantik.” kata Sissy jahil.
“Uhh, yayaya. By the way, bagaimana kuliahmu di Jerman?”
“Baik baik saja, Rei. Nilaiku
meningkat semester ini, berkisar di A dan B. Menyenangkan sekali! Eh ya, kau
sendiri bagaimana?”
“Bagus! Ya… Biasa saja. Kapan kau
akan benar benar kembali ke Jakarta?”
“Uh… Aku tak tahu pastinya. Mungkin
2 sampai 3 tahun lagi.”
“Lama sekali?” tanya Reinerre sambil
mengerutkan dahinya. Sissy tertawa kecil.
“Mau bagaimana lagi? Aku sudah memilih jadi
aku harus menjalankan..”
“Iya juga sih… Ternyata Sissy makin dewasa
ya!”
“Hahaha. I’ve grown up, Reinerre.”
“Ah..
Aku ingin sekali pergi kesana..”
“Pergilah ke Jerman, Rei. Kau tak
akan menyesal. Kau tahu, disana sangat menyenangkan! Aku suka salju saat musim
dingin! Entah kenapa menjadi terasa hangat.”
“Berlebihan, salju tak pernah terasa
hangat.”
“Pernah –setidaknya untukku.”
“Kenapa bisa seperti itu?”
“Entahlah. Hangatnya seperti
matahari pagi setelah hujan semalaman di musim hujan. Uhh, kacau imajinasiku
terlalu tinggi ya?”
“Hahahaha kau baru sadar ternyata.
Tak ada salju hangat.”
“Ada. Ketika aku memikirkanmu,
semuanya jadi hangat.” kata Sissy dengan senyum menggoda. Tiba tiba saja
Reinerre terdiam. Kedua pipinya merona merah. Ia tahu tabiat Cecillia
Priscilla. Sissy selalu saja mengodanya dan membuat kedua pipinya memerah.
“Hahaha iya, aku ingin kesana.
Berlibur, berpetualang, bertemu denganmu…” kata Reinerre mengalihkan
pembicaraan.
“Lalu kenapa kamu tak pernah ke
Jerman?”
“Jawaban jujur?”
“Tentu saja! Astaga.”
“Eum.. Tiketnya mahal Sy hehehe.”
“Hahahaha dasar kamu!” seru Sissy
sambil mengacak acak rambut Reinerre. Tiba tiba mobil Porsche merah Reinerre
yang tadinya penuh dengan tawa Sissy dan Reinerre langsung berubah hening.
Seketika keadaan hangat menjadi canggung. Sissy teringat satu tahun yang lalu
ketika ia kembali ke Jakarta..
Sissy dan Reinerre berkenalan tidak
sengaja melalui sahabat Sissy yang merupakan sahabat kecil Reinerre. Namanya
Aluna Serena Luna. Luna yang mengenal Sissy ketika mereka duduk dibangku kelas
1 SMP ini sering sekali menceritakan tentang Reinerre pada Sissy. Luna dan
Sissy hanya satu sekolah ketika SMP. Selepas SMP, Sissy langsung pindah ke
Jerman mengikuti Ibunya. Reinerre yang saat SMP berbeda sekolah dengan Luna pun
tak pernah bertemu dengan Sissy.
Luna yang memang terkenal jahil menjodohkan
Sissy dan Reinerre. Sissy dan Reinerre sering berkomunikasi melalui Yahoo Messager atau Skype
tetapi mereka baru sempat bertemu setahun yang lalu. Sissy memang menyukai
Reinerre dan sepertinya Reinerre juga menyukainya.
Luna sangat mendukung Sissy dan Reinerre.
Luna sudah memperkirakan ketika Sissy dan Reinerre bertemu, mereka pasti akan
langsung jadian. Selama hampir 4 tahun menjadi teman chatting, Reinerre dan
Sissy memang sama sama menjomblo tetapi tak pernah ada status lebih lanjut
antara mereka. Karena itulah Luna sangat yakin bahwa sahabat kecilnya itu
menyimpan perasaan pada Sissy.
Tapi siapa yang pernah tahu masa
depan? Ketika Sissy datang, tepat pada hari itu ia mendapat kabar bahwa
Reinerre sedang meminta Vira untuk menjadi pacarnya dari salah satu teman
Reinerre yang juga teman Sissy tetapi ia lupa siapa orangnya. Ketika ia
bertanya pada Luna, Luna mengaku tidak tahu menahu karena Reinerre tak pernah
bercerita padanya. Luna sendiri
tidak pernah tahu bahwa Reinerre mempunyai perasaan pada Ashilla Savira karena
selama ini mereka tak terlihat mempunyai tanda tanda saling menyukai. Luna
langsung menanyakan pada Reinerre tapi ia tak menjawabnya. Saat itu, Sissy
putus asa dan langsung percaya pada kabar itu dan tak menanyakan pada teman
teman Reinerre yang lain.
Hati Sissy yang terlanjur sudah
menaruh harapan besar pada Reinerre hancur seketika. Tapi kehancuran hatinya
itu tidak membuatnya membenci Reinerre. Ia malah selalu mengingat Reinerre dan
pada akhirnya ia tidak bisa melupakan Reinerre. Ia selalu memikirkan Reinerre,
bahkan ketika ia sudah berpacaran 2 kali.
Di hati Cecillia Priscilla, seorang
Reinerre Adzaky tak pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Bahkan ketika di
hatinya Reinerre, tempat yang biasa Sissy tempati sudah Reinerre berikan pada
orang lain…
“Sissy kok bengong?” tanya Reinerre
heran. Pertanyaan Reinerre langsung membuyarkan lamunan Sissy. Semenjak ia
pulang ke Indonesia dan mengetahui bahwa Reinerre mempunyai pacar, Sissy tak
pernah lagi online Yahoo Messanger-nya, ia tak pernah
berhubungan lagi dengan Reinerre. Walaupun ia terkadang berkirim e-mail dengan Luna, ia tak pernah lagi
menanyakan tentang keadaan Reinerre.
Tahun ini, Sissy berniat untuk
pulang ke Indonesia, menyatakan perasaannya pada Reinerre lalu melupakan
semuanya. Memulai semuanya dari awal dan menganggap bahwa Reinerre hanyalah
sahabatnya, tak ada kenangan lebih jauh. Walaupun sebenarnya, hatinya tak
pernah bisa melupakan Reinerre..
Sissy tahu pasti, apa yang ia
lakukan sia sia. Ia hanya membuang waktu liburannya untuk melakukan sesuatu
yang membuatnya sakit hati. Tapi toh mungkin hanya ini cara terakhir untuk
membuat perasaannya lebih tenang. Setidaknya walaupun Reinerre tak membalas
perasaannya, tapi ia tahu apa perasaan Sissy yang sebenarnya. Sissy tahu,
selama 4 tahun itu Reinerre hanya meanggapnya sebagai teman chatting saja.
Sissy tahu pasti, harapan Reinerre
membalas perasaannya hanyalah 1% sekarang. Ia tahu, 99% nya lagi hanyalah
kegagalan yang mungkin akan membuat hatinya semakin terluka. Tapi, jika ada
harapan 1% itu, kenapa tidak mencoba untuk memperjuangkannya?
“Uhh, enggak pa pa, Rei. Hanya
mengingat masa lalu.”
“Masa lalu?”
“Aneh ya?”
“Kamu selalu mengira diri kamu aneh,
padahal itu tidak benar sama sekali.”
“Hehehe, aku hanya….”
“Kamu hanya kurang percaya diri.”
“Sok tahu.”
“Ada yang ingin kau sampaikan ya?”
“Ah! Bagaimana bisa kau tahu? Bisa
membaca pikiran sekarang?”
“Tidak, sok tahu.”
“Cih, menyebalkan. Tak pernah
berubah.”
“Aku tetap aku yang sama. Tetapi
kamu yang berbeda.”
“Aku? Berbeda? Apanya?”
“Kamu menjauhiku selama satu tahun
ini, tiba tiba menelponku minta di jemput di Bandara tanpa Luna dan sekarang
bengong memikirkan masa lalu. Ada apa sih?’
“Tidak, lupakan…”
“Oh.. Aku tahu, kamu bertengkar
dengan pacarmu ya?”
“Tidak, pacar saja tak punya.
Bagaimana bisa bertengkar?”
“Ah, lalu kenapa?”
“Ini tak begitu penting, Rei. Hanya
teringat masa lalu, lupakan saja.”
“Lucu, bagaimana aku bisa melupakan
pemikiran gadis yang sangat berarti untukku?”
“Cukup. Jangan membuatku berharap
lagi!” seru Sissy tegas.
“Aku? Kamu kan yang membuatku
berharap?” tanya Reinerre sinis.
Sissy tersentak heran. “Apa
maksudmu, Rei? Jelas jelas kau yang selalu membuatku berharap.”
“Tidak, lupakan.”
“Jelaskan! Jelaskan!”
“Tidak, ini tidak penting.”
“Astaga…. Kau sedang menggodaku ya.
Hahaha bagaimana kau bisa berharap padaku, jelas jelas selama ini aku hanyalah
teman chattingmu dan di dalam hatimu
hanya ada Savira.”
“Tuhkan, sok tahu…”
“Ya, tepat sekali. Aku memang sok
tahu karena aku lelah menunggu.”
“Kau kira aku tidak?”
“Bodoh, jangan membuatku lebih
berharap lagi. Aku sudah cukup menderita selama empat tahun terakhir ini.”
Reinerre meminggirkan Porsche-nya
lalu menghentikannya. Ia menarik nafas lalu menatap Sissy dalam dalam.
Rahangnya mengeras, mimik wajahnya berubah menjadi serius. “Kau kira aku tak
cukup menderita disini?” tanyanya dengan suara berat, seperti menahan sesuatu
yang akan menusuk tenggorokannya.
“Apa maksudmu?” tanya Sissy heran.
Kali ini Sissy tahu, Reinerre tidaklah bercanda.
“Pertama. Asal kau tahu, aku tak
pernah berpacaran dengan Ashilla Savira. Dia sahabatku.” kata Reinerre tegas.
Sissy tersentak kaget. Jadi selama ini….
“Aku sudah tahu semuanya dari Luna.
Jujur aku memang dekat dengan Vira, dia sering cerita padaku dan akupun begitu.
Sampai pada suatu ketika, di acara ngumpul ngumpul banyak yang menggosipkanku
jadian dengan Vira. Di sana hampir semua orang tahu kalau aku menunggu
kepulangan seorang gadis dari Jerman dan pada saat itu… Ah, coba kutebak, kau
dapat gosip itu dari Raditya kan?” tanya Reinerre yakin.
Sissy berusaha mengingat ingat lagi.
Ia lalu membuka aplikasi yahoo messangernya dan mencari kontak bernama Raditya.
Ya! Ia ingat sekarang. Saat sampai di Jakarta dan memasang status yahoo
messanger, Raditya menyapa Sissy dan bilang selamat atas kedatangannya. Ia lalu
bilang kalau Reinerre sudah mempunyai pacar dan baru jadian saat itu. Karena
Sissy keburu panik, ia langsung meng-end chatnya dan segera menghubungi Luna!
“Ah ya! Laki laki itu!” seru Sissy
dengan mimik wajah yang menunjukan “oh astaga, akhirnya aku ingat!”
“Ya! Raditya dan lain lain tahu kau
akan pulang hari itu dari Luna. Dia secara bercanda mengetesmu, apakah kau
cemburu atau tidak. Tapi kamu hanya menjawab ‘ah yang benar?’ dan itu membuatku merasa kamu
tak punya perasaan apa apa padaku, Sissy…”
“Aku langsung di hubungi Luna, ia
menanyakan apakah aku jadian dengan Vira atau tidak dan jelas saja aku menjawab
tidak karena memang aku dan Vira tak ada apa apa. Lalu aku bertekad untuk
besoknya menemuimu secara surprise dan mengajak kerja sama Luna. Tapi kata Luna
kamu tidak mau bertemu denganku dan kamu sangat sedih sekali. Jadi Luna
melarangku untuk menemuimu.”
Astaga,
Aluna!
“Dan semenjak itu aku bingung karena
kamu tak pernah memberi kabar padaku. Aku tak berani menghubungimu duluan. Aku
takut, Sy. Akupun masih bingung kenapa saat itu kamu tidak mau bertemu denganku
dan sangat sedih. Apa salahku? Kamu pergi tiba tiba saat aku begitu
mencintaimu. Kamu pergi meninggalkanku tanpa alasan dan tak pernah melihat
padaku lagi. Apa salahku? Aku tak mau seperti ini. Jarak sudah jauh, jangan
siksa aku lagi dengan perasaan rindu ini. Aku ingin menghubungimu, tapi aku
takut. Padahal aku sangat merindukanmu…” kata Reinerre sambil menatap mata
Sissy.
Oh
ya Tuhan, ini semua hanya salah paham?
“Kedua. Masa kau tak pernah sadar,
aku menyayangimu Cecillia Priscilla! Tak ada orang lain selama 4 tahun ini!
Tahun lalu saat kita hampir bertemu, aku ingin sekali menjadikanmu pacarku.
Tapi ketika Luna memberi tahuku bahwa kamu tak akan pulang ke Indonesia dan
langsung melanjutkan kuliahmu di Jerman, aku langsung shock. Aku tak akan kuat menjalani long distance, aku pasti akan selalu khawatir dengan keadaanmu.”
“Ketiga. Aku menunggu dan selalu
menunggu kamu pulang ke Indonesia, Cecillia. Aku tak mau menjalani hubungan
main main. Jika aku sudah menyayangi seseorang, aku tak akan pernah
mengkhianatinya. Awalnya Luna sendiri menentangku untuk terus menunggumu karena
kamu akan terus di Jerman selama 7 tahun. Akupun berfikir untuk mencoba dengan
orang lain, tapi tidak bisa. Tetap kamu yang selalu aku fikirkan.”
“Keempat. Aku terus bersabar,
menunggu sampai kamu pulang. Aku yakin kamu akan menerimaku ketika kamu pulang
nanti, karena aku yakin kamupun juga merasakan hal yang sama denganku. Aku
sayang padamu, Sissy dan tak akan pernah berubah. Tak akan pernah ada orang
yang bisa menggantikan tempatmu, karena kamu punya tempatmu sendiri di hatiku.
Jika saja aku lebih berani melawan jarak, aku dan kamu pasti tak akan menunggu
lama..”
Sissy terdiam. Air matanya mulai
menetes tak tertahankan. Ia tak percaya, ternyata selama ini orang yang ia
sayangi juga merasakan hal yang sama padanya. Andai saja waktu itu Sissy tak
langsung percaya… Andai saja waktu itu Sissy mau bertemu dengan Reineree… Ia
pasti tahu yang sebenarnya dan tak merasa sehancur itu selama 1 tahun
belakangan.
Reinerre menarik nafas lega lalu
tersenyum bahagia. Mimik wajahnya menunjukan seakan akan ia telah menyelesaikan
tugas terberat yang pernah di pikulnya selama hidupnya ini. Sissy tersenyum
kecil lalu menggenggam tangan Reinerre. Reinerre tersentak lalu menggenggam
erat tangan gadis itu.
“Oke, aku memang benar benar sok
tahu, Reinerre.” kata Sissy sambil tertawa kecil.
“Iya, kamu tak pernah berubah.
Kenapa sih tidak nanya dulu? Kenapa langsung bergerak sendiri? Kita harus
melangkah sama sama!”
“Hahahaha, maaf membuatmu menunggu
lama, Rei.”
“Uhh, secara sistematis kita
menunggu berdua.” kata Reinerre sambil tersenyum.
“Tepat sekali!”
“Aku… Menyayangimu.”
“Aku juga, Reinerre. Sangat
menyayangimu.”
“Aku tahu suatu saat kau pun akan
mengatakan hal itu padaku! Hahaha.”
“Kau terlalu percaya diri!”
“Hahahaha. Penantianku tak sia sia.”
“Kurasa jarak yang jauh akan
memutuskan perasaan kita.”
“Tidak, kita terlalu kuat,
Cecillia.”
“Hahahaha, iya. Kau benar.”
“Jadi? Bagaimana kelanjutannya?”
“Uhh.. In relationship?”
“Eum.. Boleh bicara jujur?”
“Tentu, jujur lebih baik daripada
bohong dan semua kebahagiaan itu palsu.”
“Sissy, dengar. Maafkan aku. Aku sayang
kamu, aku ingin kau menjadi pacarku, tapi aku lebih suka menjalin hubungan
berpacaran itu setelah kamu kembali, setelah kita akan selalu bersama,
berdampingan, tak terpisah... Aku lebih memilih menunggumu daripada kita sudah
menjadi satu tapi di pisahkan. Aku tidak bisa, kumohon. Aku akan sangat kacau
di sini dengan perasaan khawatir padamu…”
“I get the point. Jadi kamu mengkhawatirkan
ku kalau aku jauh ya…” kata Sissy dengan wajah di tekuk tetapi ada tatapan
nakal di matanya. Reinerre menghela nafas.
“Oh God, please. Come on, Cecillia
Priscilla. Kau mengerti maksudku kan?” tanya Reinerre dengan wajah depresi.
Sissy tertawa lalu menatap lelaki yang selalu mencuri tempat paling besar di
hatinya.
“Me too, Rei. Tidak lucu kan jika aku
sedang mengerjakan essay-ku tapi aku selalu menggalau karena merindukanmu?
Hahahahaha.”
“Hahahaha ini memang sulit. Maafkan aku, aku belum siap mempunyai status
long distance. Tapi aku sanggup menahan hatiku sampai 3 tahun lagi untuk
akhirnya selalu bersamamu!”
“Yakin? 3 tahun itu lama lho, Reinerre.”
“I have died everyday waiting for you, Sy.
Gak masalah nambah 3 tahun lagi. Yang penting aku sekarang tau, hati kamu udah
ada sama aku.”
“Nah kalo ternyata aku ntar kepincut sama
cowok lain?” tanya Sissy dengan nada meledek. Reinerre menatap sinis lalu
tersenyum jahil. “Akupun akan begitu.”
“Sial!”
“Hahahaha. Sy, cinta itu di dasari sama
kasih sayang dan kepercayaan. Bukan sekedar status. Kasih sayang dan
kepercayaan itu merupakan ikatan yang lebih kuat dari apapun. Aku percaya,
selama kita saling menyayangi dan percaya, tak akan ada penghalang.”
“Kamu yakin?”
“Seratus persen.”
“Oke kalo kamu berani ngejamin.”
“Kamu percaya sama aku?”
“Selalu.”
“Tapi bukan berarti aku tidak akan
meresmikan status kita lho ya…”
“Aku mengerti, tak usah banyak janji. Jarak
terlalu jauh jika kamu terlalu banyak mengumbar janji dan tidak bisa
menepatinya, Rei. Hahahaha.”
“Uhh yayayaya…”
“Jadi?”
“Jadi…
Maukah kamu menunggu untuk mendapatkan status itu sampai kamu pulang?” tanya
Reinerre dengan suara bergetar.
“Hanya status? Lalu hatimu?”
“Kau sudah mendapatkan hatiku
semenjak hari pertama aku mengenalmu, Sy.”
Sissy tersenyum kecil, lalu
mengangguk. “Aku menyayangimu dan akupun tetap akan menunggu. Walaupun hari ini
kamu tak mengatakan semua itu, walaupun misalnya pada kenyataannya seorang
Reinerre Adzaky bukan untuk aku..”
Reinerre terkekeh lalu memeluk gadis
yang ada di depannya. “Aku menyayangimu, Sissy. Percaya sama aku ya? Aku hanya
tidak bisa melewati 3 tahun ke depan dengan status tanpa kamu disini.” kata
Reinerre dengan nada depresi. Sissy mengangguk sambil memeluk Reinerre lebih
erat.
“Maukah kamu menunggu bersamaku?”
“Eum… Asalkan kamu mau berjanji
padaku.”
“Janji apa?”
“Kamu harus sering menengokku ke
Jerman. Aku tak mau tahu.”
“Aduh.. Tiketnya mahal, Sy…” kata
Reinerre dengan wajah memelas.
“Astaga, pelit banget sih!” seru
Sissy tak percaya.
“Hahahaha aku bercada, Cecillia.”
“Kau harus datang. Minimal 6 bulan
sekali.”
“Astaga, long distance benar benar
menyiksaku kan…”
“Ish, hanya 6 bulan sekali! Akupun
akan menengokmu kesini. Kalau tiketnya murah!” seru Sissy sambil memeletkan
lidahnya. Reinerre mencubit pipi gadis itu lalu tertawa.
“Aku pasti pergi!” seru Reinerre
sambil mengacak acak rambut gadis kesayangannya.
Terkadang, jarak memang mengalahkan
cinta. Jarak bisa mengacaukan segalanya. Jarak bisa memisahkan dua insan yang
memiliki perasaan yang sama. Walaupun begitu, jarak tak akan pernah bisa
memutuskan perasaan dua orang yang saling menyayangi apapun yang terjadi. Yang
memisahkan mereka karena perasaan mereka yang tidak kuat untuk melawan jarak
itu sendiri.
Walaupun jarak yang jauh memisahkan, tapi
cinta tetaplah cinta. Jika kamu memiliki orang lain yang mengisi hatimu kini,
itu tak berarti orang yang selama ini ada di hatimu, orang yang selama ini di
pisahkan oleh jarak denganmu akan terhapus dari hatimu.
Cinta itu berani. Cinta itu selalu
diwarnai senyuman dan kesedihan. Jangan pernah takut mengungkapkan cintamu
walaupun kesempatan untuk mendapatkannya hanya 1 persen. Tapi kenapa kamu tidak
lebih berani lagi untuk mencintai seseorang ketika jarak yang jauh memisahkan
kalian?
***
Rizki
Rahmadania Putri
Cirebon,
June 26th 2012
kereeen! kirain ceritanya cerita biasa kayak sinetron, ternyata klimaks dan endingnya unpredictable :"")
BalasHapuskeep writing ya titi, imajinasi kamu ajaib :))
waaaah makasih kakakku! amin amin siap! :}}
Hapus