If This Was a Movie chapter 12
Happy birthday Sintia Agustin a.k.a Renesmee! Alice padamu:}}
Anyway, mungkin kalau aku Kugy dan kamu Keenan, dan kita sama sama punya radar Neptunus... Kita bisa kayak dulu lagi ya, Grey?
Anyway, mungkin kalau aku Kugy dan kamu Keenan, dan kita sama sama punya radar Neptunus... Kita bisa kayak dulu lagi ya, Grey?
***
Dengan lutut lemas akhirnya Maddi sampai juga ke depan panggung
itu. Semua murid disana sedang tertawa dan bertepuk tangan bersama atas bersatunya
Adam dan Mackenzie. Memang semua murid sudah tahu mereka berdua saling menyukai
tapi tak kunjung bersatu juga. Maddi
berjalan lunglai menuju Adam, Mackenzie, Megan, Cameron dan Greyson yang sedang
berkumpul.
Ia tak
seharusnya merasa seperti ini lagi. Ia mencoba menemukan alasan mengapa ia
merasakan sakit seperti ini lagi tapi ia tak kunjung menemukannya. Tak
seharusnya perasaan ini datang kembali. Bukannya hatinya sudah ia berikan
kepada Greyson? Mengapa ia masih merasa sakit seperti ini?
Ia harusnya
bahagia, sahabatnya, orang yang ia sayang sudah menemukan tambatan hatinya.
“Maddi-ku!
Yeaaay! I’m not single anymore!” seru Adam sambil memeluknya. Maddi-ku? Huh? Maddi-ku kau bilang? Maddi
sendiri bingung, mimik wajah apa yang harus ia tunjukkan saat ini. Ia lalu
memutuskan untuk berpura pura bahagia dan ceria. Pretending is the best way to
hide your sad.
“Kau tahu? Aku
benci padamu, Adam Young. Kau jadian, tapi tak cerita padaku!” seru Maddi
sambil melepaskan pelukannya. Ia kali ini berpura pura kesal dan kecewa,
padahal itulah yang sebenarnya ia rasakan.
“I’m so
sorry, Maddi…..” kata Adam dengan wajah menyesal.
“Terserahlah.”
“Aduh! Kau
mau Baskin and Robin? Atau Starbucks? Dairy Queen?”
“Aku mau
semuanya. Large size.”
“Kau penyanyi!
Tak baik makan manis manis terlalu banyak! Pita suaramu nanti rusak lho!” seru
Cameron. Megan menyikut Cameron lalu menatapnya sinis. “Dasar idiot, yang ada
makan manis membuat Maddi menggendut.”
Mereka semua
tertawa melihat Megan dan Cameron yang tak henti hentinya bertengkar dan apa
boleh buat, Maddi pun harus ikut tertawa. Dan lagi lagi tawa ini hanyalah
kepura puraan…
“Jadi
bagaimana aku bisa mendapatkan maaf darimu, Princess?” tanya Adam pelan sambil
melirik jahil ke arah Cameron. Yang dilirik langsung menatap sinis kepada Adam.
“Ceritakan
semuanya, secara jelas! Juga belikan aku Baskin and Robin chocolate, ice
chocolate Starbucks dan Dairy Quueen chocolate. Semuanya large size.”
“Kau ini cari
kesempatan sekali ya, Madd!” seru Greyson sambil mengacak acak rambut Maddi.
“Ih, kapan
lagi coba…”
“Hahaha dasar
Maddi, nanti kau menggendut lho.” kata Mackenzie.
“Setidaknya
aku menggendut bukan karena uangku. Jadi uangku bisa kupakai untuk menguruskan
lagi. Kurang cerdas apa aku ini…”
“Duh, ini namanya
modus sekaligus menodong!” jerit Adam.
“Mau atau
tidak?!” tanya Maddi kesal.
“Aduh,
kubayar satu satu ya.. Sini kuceritakan, kau telat sih datangnya!” seru Adam
sambil merangkul Maddi dan mengajaknya duduk di salah satu kursi.
***
Dalam satu
jam, Adam bisa mengumpulkan semua murid Sinathrya untuk berkumpul di taman
tersebut menjadi penonton. Adam lalu membereskan panggung itu dan membuatnya
terlihat seperti tempat konser kecil. Setelah semuanya siap, ia meminta
beberapa orang untuk memanggil Mackenzie. Tepat ketika Mackenzie datang, ia
mulai memberikan prolog sebelum menyanyikan lagu yang ia bawakan khusus untuk
gadis itu.
“Dan ya..
Lagu ini kupersembahkan untukmu.” kata Adam dengan suara lembut lalu memulai
memainkan gitar putih itu.
When I see your face, there’s no a thing that I would change.
Cause you are amazing, just the way you are.
And when you smile, the whole world stop and stare for a while.
Cause Mackenzie you are so amazing, just the way you are.
Mackenzie
langsung menutup mulutnya mencoba untuk tak berteriak. Air matanya menetes.
Adam menyanyikan Just The Way You Are milik Burno Mars dengan suara yang merdu sekali.
Petikan senar gitarnya seakan akan menusuk jantung Mackenzie. Semuanya begitu
indah, ia bahkan tak bisa berkata apa apa. Ia semakin menyukai Mackenzie.
Setelah
selesai bernyanyi, Adam lalu turun dari panggung sambil membawa seikat bunga
mawar ungu yang diberikan oleh Cameron. Ia berjalan dengan gaya khasnya lalu
ketika sampai di depan Mackenzie, ia langsung berlutut dan memberikan bunganya.
“Mackenzie
Foy. Maaf membuatmu menunggu terlalu lama…”
“Adam….”
“Mackenzie
Foy. Aku mencintaimu…”
Mackenzie
tak bergerak, detak jantungnya semakin cepat.
“Mackenzie
Foy. Maukah kau menjadi pacarku?” tanya Adam sambil diikuti teriakan murid
murid Sinathrya. Tangan Mackenzie bergetar lalu dengan perlahan ia mengambil
bunga yang Adam berikan lalu mengangguk sambil tersenyum. Adam langsung berdiri
dan memeluk Mackenzie. Tepuk tangan pun langsung terdengar dari seleuruh murid
Sinathrya.
“Aku
kira kamu mencintai Maddi…” kata Mackenzie akhirnya. Adam mendesah.
“Dia
sahabatku. Aku mencintainya dengan cara yang lain, berbeda dengan cara
mencintaimu.”
“Kufikir
kita tidak akan begini…”
“Aku
percaya dan akhirnya kita bersatu bukan? Maaf membuatmu menunggu..”
“Aku
menunggu untuk sesuatu yang pasti ternyata.”
“Iya,
semuanya sudah ada kepastiannya sekarang.” kata Adam sambil memeluk Mackenzie
lebih erat lagi. Air mata Mackenzie masih saja menetes, ia begitu bahagia. Ia
tak menyangka, cerita cintanya akan berakhir bahagia seperti ini.
Harapannya
hanya satu.
Semua ini
tak akan berakhir begitu cepat seperti mimpi di siang bolong.
***
Maddi
meninju kesal bahu Adam. Hatinya yang retak tadi kini mulai tak terasa sakit
lagi. Ia sadar ia benar benar harus melupakan Adam. Adam sudah bahagia
sekarang. Ia percaya, ia juga akan bahagia bersama Greyson seperti Adam bersama
Mackenzie. Ya, pasti. Ia yakin itu.
“Ah,
selamat Adam! Selamat Mackenzie!” seru Maddi sambil memeluk Mackenzie.
“Iyaa,
terima kasih sayang…”
“Asyik!
Adam dan Mackenzie sudah jadian! Selamat yaaa!” seru Greyson.
“Terima
kasih, Greyson. Ini semua berkat kau.” kata Adam sambil menatap Greyson penuh
arti. Greyson menatap Adam jijik. “Astaga, jangan menatapku seperti itu.”
“Hahahaha,
maafkan aku!”
“Selamat
ya, Kenzie!” seru Megan dan Cameron bersamaan.
“Ciye!
Mereka kompak lagi, Dam!” seru Maddi sambil melirik Megan dan Cameron.
“Ah
iya, Madd! Sepertinya akan ada yang menyusulku nih hahaha.”
“Wah,
memangnya Megan dengan Cameron sekarang?” tanya Mackenzie. Megan dan Cameron langsung
menggeleng cepat secara bersamaan.
“Tuhkan
barengan lagi hahaha.” kata Greyson sambil tertawa geli.
“Aku
tak sudi menyukai si idiot ini!” seru Megan.
“Kau
kira aku sudi menyukai calon ratu gagal sepertimu, Princessa?” tanya Cameron
kesal.
“Duh,
panggilannya sudah Princessa lagi hahaha.”
“Kami
setuju kok kalo kalian jadian, iya kan, Madd?” tanya Adam. Maddi hanya
tersenyum.
“Ugh,
sudah sudah. By the way, bagaimana
perasaanmu saat Adam menyanyikan Just The
Way You Are untukmu, Zie?” tanya Megan genit. Maddi tersentak, “Just The Way You Are?”
“Iya.
Memangnya kenapa, Madd?” tanya Mackenzie heran. Mimik wajah Maddi terlihat
sangat canggung dan Adam tahu pasti ada kenangan tersendiri bagi Maddi jika
mimik wajahnya seperti itu. Ia memutar otaknya lalu melihat sekilas ke arah
Greyson. Ia teringat sesuatu. Pipi Greyson memerah.
“AH! I
KNOW! Kau menyanyikan lagu itu untuk seseorang ya, Madd?” tanya Adam jahil.
“Ah
ciyeee Maddi-ku sudah besar sekarang.” kata Cameron. Wajah Maddi makin memerah.
“Jelaslah,
3 hari lagi dia berulang tahun ke 17. Oh iya aku sampai lupa! Hari ini tanggal
3! Ulang tahunmu kan, Grey?” tanya Megan sambil menoleh ke arah Greyson.
Greyson mengangguk pelan.
“Happy birthday, mia-Greyson Chance! Have a
great 17!” seru Cameron.
“Aduh sorry aku lupa, happy birthday ya Greyson…” kata Mackenzie.
“Terima
kasih Cameron dan Kenzie…”
“Happy birthday Greyson! All the best wishes
for you, boy!” seru Megan. Adam langsung memeluk Greyson lalu tertawa kecil.
“Happy birthday my man! Getting older,
getting better!”
“Terima
kasih hahahaha… Pasti!” seru Greyson. Maddi senyum senyum sendiri melihat
Greyson yang tertawa seperti itu. Ia merasa tawa Greyson makin lama makin manis
saja. Cameron lalu memerhatikan Maddi heran. Hanya Maddi sendiri yang tidak
mengucapkan selamat pada Greyson.
“Madd?
Kenapa kau tidak mengucapkan selamat pada Grey?” tanya Cameron heran.
Mata
Maddi berputar putar, bibirnya bergetar. “Ugh.. Itu.. Aku…”
“Aduh,
Maddi kan sudah menelpon Greyson tadi malam! Iya kan Grey?” tanya Adam sambil
tertawa. Maddi langsung melirik sinis pada Adam dan menginjak kakinya. “Aw! Apa
sih, Madd!” seru Adam kesakitan. “Rasakan!” seru Maddi tanpa suara.
Pipi
Greyson memerah lagi. “Iya, jam 12 hehe…”
“Ciye,
Maddi jadi pengucap pertama!” seru Mackenzie.
“Hahaha
Greyson mudah sekali tersipu sama seperti Maddi!” seru Cameron jahil.
“Aduh
kau ini!” seru Maddi malu malu.
“Apakah
kau sudah membuka kado dari Maddi, Grey?” tanya Megan penasaran.
“Ugh
ya.. Sudah..”
“Kau
menyukainya?” tanya Cameron penasaran.
“Iya…
Aku menyukainya.” kata Greyson malu malu. Maddi tersenyum lebar melihat orang
yang kini mencuri hatinya tersipu malu seperti itu ditanya tentang kado yang ia
berikan. Ia berharap semoga Greyson benar benar menyukai kado itu dan..
Cintanya tak bertepuk sebelah tangan.
“Jadi
bagaimana perasaanmu dinyanyikan Just The
Way You Are oleh Maddi?” tanya Mackenzie dengan mimik penasaran yang
menggebu gebu. Maddi dan Greyson saling berpandangan sebentar lalu Maddi mencubit
Mackenzie. “Kenzie! Ughhh!”
“Hehehe
aku kan penasaran, Mad…”
“By the way bagaimana kau tau cewek ini
menyanyikan lagu untuk Grey, sayang?” tanya Adam. Maddi tersentak. Sayang? Oke itu wajar, mereka kan sudah
berpacaran. Jangan merasa sakit lagi!
“Ciye!
Sudah memanggil sayang ya….” goda Megan. Mackenzie langsung tersipu malu. Ia
benar benar terlihat seperti peri yang cantik sekali. Mungil dan menggemaskan.
“Aku
sudah bisa menebak dari pertanyaanmu tadi… sayang. Hehe maaf aku belum
terbiasa.”
“Oke, cobalah
untuk terbiasa ya? Pelan pelan saja.”
Cameron
berdehem. “Oke enough mengumbar
kemesraan didepan para jomblo ini. Jadi ya, bagaimana perasaanmu Grey?” tanya
Cameron.
Greyson
memutar bola matanya lalu melihat ke arah Maddi. “Kenapa kau melihatku?” tanya
Maddi dengan nada canggung. “Tidak, hanya melirik!” seru Greyson. “Tapi kau
tadi melihatku, bukan sekedar melirik!” seru Maddi. “Tidak, kau sok tahu Madd!”
seru Greyson lagi.
“Ih,
sudahlah! Ayo jawab Greyson!”
“Iya jawab!
Kenapa sih bertele tele seperti ini?”
“Duh ayolah
cepat!”
Greyson
menarik nafas. “Tentu saja, aku senang sekali.” Wajah Greyson dan Maddi
langsung memerah secara serentak. Adam, Cameron, Megan dan Mackenzie langsung
mengejek mereka berdua sambil tertawa lepas.
“Hahahaha lalu..
Kapan kalian akan menyusulku?” tanya Adam.
“Menyusulmu?
Kemana?” tanya Greyson heran.
“Cih, pura
pura polos tak mengerti.” kata Megan.
“Aduh kenapa
sih kau protes saja Gan….” kata Maddi. Ups! Ia baru sadar kalimatnya seakan
akan ia membela Greyson.
“Ciyeee kau
membela Greyson! Ciye! Amazing!” seru Cameron.
“Hahahaha
ciye Maddi!” seru Mackenzie sambil mencubit Maddi.
“Aw, mengapa
kau mencubitku?!” tanya Maddi kesakitan.
“Hahaha,
sorry honey.”
“Jadi… Kapan
kalian jadian?” tanya Adam lagi.
“Jadi apa?”
tanya Greyson. Kali ini terdengar jelas suaranya menahan tawa, bibirnya menahan
senyum namun pipinya makin memerah.
“Ya iya,
jadian, pacaran. Kau dan Maddi Jane!” seru Cameron.
“Aduh jangan
ngawur deh..” kata Maddi mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Lho lho..
Kalau kau suka dengan Greyson dan Greyosn juga suka, mengapa harus menunggu
lagi?” tanya Adam pelan. Maddi dan Greyson lalu saling bertatapan. Jauh di
dalam hati Maddi, ia masih bimbang. Ia masih membutuhkan waktu untuk menerima
keadaan kalau ia merasakan sakit lagi ketika mengetahui Adam bersama Mackenzie.
Sedangkan Greyson…. Ia ingin sekali berkata, “aku akan memintanya jadi pacarku
tanggal 6 nanti!” tetapi bibirnya tak bisa berbicara demikian. Ia hanya bisa
tersenyum kecil sambil menatap hangat gadis mungil yang mampu mencuri hatinya
itu.
To be continued...
Haii, salam kenal aku Nadiyah :)
BalasHapusBtw, aku udh lama loh baca fanfic kamu, tpi bru komen skrg, hehe.
Ohiya, please nanti Maddi sama grey aja ya ? Soalnya ku suka bgt sama pasangan itu ;3
*maap cerewet*
Halo sayang hehe makasih yaa gakpapa kok:p Hmmm gimana ya:p Tetep baca aja deh liat akhirnya gimana:D
Hapus