[SHORT STORY] Gotta Be You
Shani memutar kedua bola matanya
lalu menghela nafas. Apa yang ia lihat itu benar benar membuatnya muak. Tidak,
tidak seharusnya perasaan muak ini kembali menghantui Shani. Akal sehatnya
mencoba mengingatkan Shani bahwa itu hanya sekedar berfoto, tak ada maksud
lebih. Tapi hati Shani terlanjur panas dan sakit melihat kenyataan yang ada.
Dia
bukan orang pertama dan satu satunya.
Perhatian
Daniel bukan hanya untuknya.
Dia
hanya teman Daniel, tidak lebih dari itu.
Kali
ini Shani mencoba untuk lebih tegar melihat apa yang terjadi. Daniel bersikap
manis bukan hanya pada Shani, tapi pada seluruh orang yang ada di dekatnya. Dia
memang benar benar tidak bisa memberikan perhatian lebih kepada siapapun.
Padahal Shani pernah berfikir setelah Daniel putus dengan Kahlia, seluruh
perhatian Daniel kembali kepada Shani.
Mungkin,
untuk beberapa saat pertama Daniel memang memberikan seluruh perhatiannya pada
Shani. Tapi untuk seterusnya?
Bahkan
untuk menatap mata Shani saja, Daniel tak mau.
Shani,
Shani.. Kini ia meratapi nasibnya sendiri. Mengapa ia terlalu cepat mempercayai
instingnya yang belum tentu pasti? Mengapa ia mengikuti hatinya untuk tersenyum
setiap kali membaca pesan singkat dari Daniel? Mengapa ia begitu rapuh?
Shani,
Shani.. Kini ia benar benar harus mempelajari cara bagaimana mengerjakan
semuanya sendiri tanpa Daniel. Perhatian Daniel yang dulu benar benar musnah
seiring dengan berjalannya waktu. Ia benar benar merindukan Daniel yang dulu,
Daniel yang hanya bisa bercerita padanya, Daniel yang selalu memberikan
perhatian kepadanya.
Shani,
Shani.. Kini ia berfikir kembali betapa bodohnya ia selalu berfikir bahwa ia
adalah satu satunya wanita yang bisa mengerti Daniel. Betapa cerobohnya ia
selalu berfikir bahwa tidak ada orang yang di perlakukan seperti dirinya
diperlakukan oleh Daniel.
Shani,
Shani.. Kini ia meringkuk di bawah meja dengan iTouch-nya, berusaha melupakan
semua hal yang berkecamuk di pikirannya. Semakin ia berusaha, semakin hatinya
ingin menangis. Ia ingin mengulang waktu, tapi waktu sudah berjalan menjauh,
semua sudah berubah dan tak ada yang bisa kembali.
Shani,
Shani.. Kini ia mencoba mengingat betapa
cerobohnya ia selalu berfikir bahwa bagi Daniel ia adalah satu satunya seperti
apa yang Shani pikirkan tentang Daniel. Shani merasa ia sangat bodoh. Ia jatuh
kepada orang yang tidak akan pernah membalas perasaannya.
Shani,
Shani.. Kini ia mencoba menyadarkan dirinya untuk berhenti berfikir sesuatu
yang lebih dari Daniel. Berhenti memiliki rasa yang seperti dulu lagi. Berhenti
memiliki rasa itu dan berpindah menuju hati yang lain.
Shani,
Shani.. Kini ia berfikir apakah ia bisa bicara jujur pada Daniel, kalau ia
hanya ingin Daniel selalu disisinya, tidak pernah merubah sikapnya dan kembali
memperhatikannya seperti dulu? Ia benar benar merindukan sikap berbeda yang
Daniel tujukkan hanya padanya.
Shani,
Shani.. Kini ia mulai menyadari, seberapa sayangnya ia pada Daniel. Berulang
kali ia jatuh cinta, berulang kali pula ia kembali kepada orang yang sama ketika
ia jatuh. Daniel Ferguson. Tidak ada orang lain.
Kalau
saja Shani lebih berani, ia ingin merobek foto Daniel dengan cewek itu dan
mengatakan semuanya, bahwa Shani merindukan Daniel yang dulu. Orang yang ia
sayangi, orang yang sudah ia anggap sebagai kakak sendiri.
Kalau
saja Shani lebih berani, ia ingin Daniel tahu bahwa Shani sangat menyayanginya.
Kalau
saja Shani lebih berani, ia ingin Daniel tau, apapun yang terjadi, bagaimanapun
sikap Daniel berubah nantinya, sekesal apapun Shani pada Daniel, semuanya tidak
akan berubah. Ia tidak akan berpindah hati pada yang lain, ia tidak akan
memberikan tempat Daniel pada yang lain.
Ia
tidak akan meninggalkan Daniel apapun yang terjadi.
Walaupun
waktu berjalan dan semuanya berubah, tapi tak ada yang bisa menggantikannya.
It’s gotta be Daniel.
Cirebon, August 14th 2012 from
1:15 until 1:34 pm
Rizki Rahmadania Putri
Tidak ada komentar:
Leave me some comment! Thank you, guys:}